Naskah Esai

halo.. ini adalah essay yang aku lombakan dalam lomba essay terkait aspek Maritim, essay ini kurang beruntung, tapi semoga informasi yang ada didalamnya bisa membuat kalian beruntung.



EKOWISATA PESISIR SEBAGAI SOLUSI DALAM MEMPERTAHANKAN KEDAULATAN BANGSA
Oleh : M.Agusman Lubis

PENDAHULUAN
Ada kebanggaan tersendiri bagiku, salah satu penduduk Indonesia. Setiap aku membuka peta Indonesia dalam ukuran yang besar, rasanya ingin sekali menjelajah kesetiap pelosok di Indonesia. Apalagi Indonesia terkenal sebagai negara yang memiliki ragam budaya yang khas, kuliner yang lezat, dan kondisi laut yang indah. Laut, memang lautlah yang menyatukan Indonesia. Setidaknya menurut Adisasmita (2010)  Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas sekitar 3,1 juta km2 (0,3 juta km perairan teritorial, dan 2,8 juta km2 perairan nusantara) atau 62% dari luas teritorialnya. Sebagian sumberdaya ini belum dimanfaatkan secara optimal, misalnya saja potensi lestari sumberdaya perikanan laut sebesar 6,7 ton/tahun baru dimanfaatkan sebanyak 48%. Demikian juga dengan potensi alam yang dapat dijadikan untuk daerah wisata.
Menurut Dahuri (2013) pola pembangunan wilayah pesisir selama ini cenderung sangat ekstraktif, merusak, tidak mengindahkan daya dukung lingkungan, dan tidak inklusif. Akibatnya kebanyakan wilayah pesisir dan PPK (Pulau-Pulau Kecil) Indonesia yang sudah terbangun (developed coastal areas), seperti Batam, Kepulauan Seribu, Pantura, Pantai Selatan Sulsel, dan Muara S. Aijkwa di Papua mengalami beragam kerusakan lingkungan seperti pencemaran, over-eksploitasi SDA, abrasi, sedimentasi, degradasi fisik dan lanskap, dan pengikisan biodiversity pada tingkat yang telah mengancam sustainable capacity.

KONDISI PPK (Pulau-Pulau Kecil)
Dalam seminar sehari yang diadakan di Fakultas Pertanian IPB, Dahuri (2013) menyampaikan bahwa sebagian besar kondisi pulau-pulau kecil yang ada di Indonesia (87, 6%) tidak berpenghuni. Pulau kecil yang berpenghuni kebanyakan dihuni oleh orang-orang tua (lansia), anak-anak, dan penduduk yang kurang produktif, sedangkan untuk pulau yang berada diwilayah perbatasan negara dihuni oleh petugas keamanan negara. Akibatnya pembangunan infrastruktur, aksesibilitas, ekonomi dan SDM jauh dari optimal, hal ini dibuktikan dengan masuknya sebagian besar PPK dalam wilayah yang secara ekonomi tertinggal. Sementara itu PPK yang ekonominya maju kebanyakan dibangun oleh swasta atau BUMN (seperti Lagoi di Bintan, Cubadak di Sumbar, 3 Gili di NTB dan Gebe di Malut). Umumnya perputaran ekonomi yang terjadi sedikit yang mengalir ke negara dan masyarakat lokal ditambah dengan kondisi lingkungan yang buruk.
Masih segar dalam ingatan kita, kasus lepasnya pulau Sipadan dan Ligitan dari Indonesia dikarenakan pengelolaan pulau yang buruk, sedikit mendapat perhatian dan akhirnya lepas dari wilayah Indonesia. Oleh karena itu perlu upaya yang solutif untuk mencegah terjadinya hal serupa pada wilayah-wilayah perbatasan negara, khususnya pulau-pulau kecil yang terdapat diwilayah perbatasan.

EKOWISATA PESISIR
            Ekowisata Pesisir dan Laut adalah wisata yang berbasis pada sumberdaya pesisir dan laut dengan menyertakan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekosistem pesisir dan laut (Tuwo 2011). Dalam pelaksanaannya, ekowisata pesisir dan laut hampir tidak dilakukan eksploitasi sumberdaya alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik, dan psikologi wisatawan. Menurut Tuwo (2011) terdapat delapan prinsip pengembangan ekowisata yang harus dipenuhi, yaitu:
1.    mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap bentang alam dan budaya masyarakat lokal;
2.    mendidik atau menyadarkan wisatawan dan masyarakat lokal akan pentingnya konservasi;
3.    mengatur agar kawasn yang digunakan untuk Ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung pengahasilan atau pendapatan. Retribusi dan pajak konservasi dapat digunakan secara langsung untuk membina, melestarikan, dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian;
4.    masyarakat dilibatkan secara aktif dalam perencanaan dan pengembangan ekowisata;
5.    keuntungan ekonomi yang diperoleh secara nyata dari kegiatan ekowisata harus dapat mendorong masyarakat untuk menjaga kelestarian kawasan pesisir dan laut;
6.    semua upaya pengembangan, termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas, harus tetap menjaga keharmonisa dengan alam. Bila terdapat ketidakharmonisan dengan alam, hal itu akan merusak produk ekowisata yang ada;
7.    pembatasan pemenuhan permintaan,  karena umumnya daya dukung ekosistem alamiah lebih rendah daripada daya dukung ekosistem buatan.
8.    Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan dialokasikan secara proporsional dan adil untuk pemerintah pusat dan daerah.

Pulau Berhala, Sumatera Utara
Pulau Berhala termasuk salah satu dari pulau-pulau kecil terluar yang terletak pada posisi 3° 46′ 38″ LU,  99° 30′ 3″ BT Selat Malaka terletak di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara. Pulau Berhala, memiliki kawasan pantai yang asri, sementara agak jauh kedalam pulau, hutan lebat model Arizona dapat menjadi petualangan yang menakjubkan. Pulau Berhala, yang ada di kecamatan Tanjung Beringin, Serdang Bedagai saat ini tengah dikembangkan menjadi objek wisata andalan Sumatera Utara setelah Danau Toba, Brastagi, dan pulau Nias. Perjalanan paling mudah ke sana bisa dimulai dari Restoran Marina, Belawan, Medan.
Pulau Berhala secara geografis berada di Selat Malaka pada posisi 3°46’38” LU dan 99°30’03” BT. Di sebelah barat, pulau ini berbatasan dengan daratan Sumatera Utara, sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan Semenanjung Malaysia. Pulau Berhala memiliki luas 4 km² dan dikelilingi hamparan terumbu karang dan pasir putih.  Pulau ini termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Pulau ini diapit oleh 2 pulau kecil lainnya yaitu Pulau Sokong Seimbang di sebelah Barat dan Pulau Sokong Nenek di sebelah Timur.
Saat ini pulau ini dikembangkan menjadi kawasan ekowisata sesuai Perda Kabupaten Serdang Bedagai No. 12 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Pulau Berhala Serdang Bedagai sebagai Kawasan Eco Marine Tourism (Wisata Bahari Berwawasan Lingkungan) dan arahan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2006-2016.
Belum ada penelitian pasti mengenai dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan ekowisata di pulau tersebut, tetapi setidaknya sudah ada perhatian lebih yang diberikan pemerintah setempat terhadap pulau tersebut untuk mengantisipasi perebutan pulau seperti pulau Sipadan dan Ligitan.

DAMPAK SOSIAL EKONOMI
            Tidak sedikit manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan ekowisata, salah satunya adalah meningkatnya nilai ekonomi. Dalam laporannya Latifah (2013) merinci sumber daya yang didapat dari kegiatan ekowisata di Bintang Samudra, kecamatan Soropia, salah satunya adalah aspek ekonomi, berikut laporannya :
No.
Aspek yang Diamati
Deskripsi
Sesuai
Ya
Tidak
2.
Ekonomi




-          Pintu masuk
Pintu masuk yang ada di Bintang Samudra ada 3 Loket setiap kali masuk pengunjung harus membayar Rp. 10.000,00/orangnya
Ö


-          Villa
Vila yang ada di Bintang Samudra ada  3yaitu : Vila kerapu 1, Vila kerapu 2, Vila kerapu 3, Vila kerapu 4, Vila cumi 1, Vila cumi 2, Vila hiu
Ö


-          Aula
Aula yang ada di Bintang Samudra 5 aula dengan harga setiap kali sewa seharga Rp. 300.000,00
Ö


-          Gazebo
Gazebo yang ada di Bintang Samudra 30 dengan yang baru di buat seharga setiap kali sewa seharga Rp. 50.000,00 untuk siang/kasebo, sedangkan Rp. 100.000,00/kasebo untuk malam.

Ö


-          Peralatan selam
Alat selam yang disewakan adalah untuk masker                 Rp. 15.000,00/org, fins              Rp. 15.000,00/org, wedsfish Rp. 30.000,00/org, sedangkan untuk 1 paket seharga Rp. 250.000,00/org sedangkan untuk remaja Rp. 150.000,00, Banana boat Rp. 15.000,00/ org.

Ö


-          Kantin
Kantin yang ada di Bintang Samudra ada 2 yaitu Kantin Kerapu dan Kantin Cumi
Ö


-          Fasilitas gratis
Fasilitas tanpa biaya yang ada di Bintang Samudra, yaitu dermaga, toliet , pelampung, ban, kereta apung, tempat santai, ruang makan, ruang sholat, full music, dermaga pemancingan, ayunan, tracking dan spit

Ö

Dari tabel diatas, pendapatan yang diperoleh didapat dari kantin, peralatan selam, gazebo, pintu masuk, dan villa. Apabila digabungkan dengan pendapatan dari penjualan souvenir khas daerah, seperti tas, baju, pakaian, dan perhiasan berapa banyak pendapat ekonomi yang dapat diperoleh dari kegiatan ekowisata. Lalu apabila semua pulau kecil luar di Indonesia dijadikan objek ekowisata, betapa banyak penerimaan devisa negara yang dapat diperoleh.

PENUTUP
            Keberadaan pulau-pulau kecil luar yang terdapat di negara ini adalah bentuk anugarah Tuhan bagi kita yang diberi kemauan dan kemampuan untuk berpikir. Sudah selayaknya kita membantu pemerintah dalam mempertahankan kedaulatan negara karena itu merupakan kewajiban setiap warga negara sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 30 tertulis bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara”. Salah satunya adalah melalui ilmu pengetahuan dan pemahaman yang ada mengenai ekowisata pesisir. Tidak hanya keuntungan ekonomi yang didapat tetapi juga keutuhan ekosistem dan ekologi juga didapat. Tidakkah indah melihat negeri ini tetap indah sembari meraih untung sebanyak-banyaknya


DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita R . 2010. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
Dahuri R. 2013. State of The Art Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Dalam Konteks Pelestarian Lanskap Dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir. [seminar]. Bogor (ID). Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [dilaksanakan pada 6 November 2013].
Latifah . 2013. Laporan Praktek Lapang Manajemen Ekowisata Perairan. [tidak dipublikasikan].
Tuwo A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Sidoarjo (ID): Brillian Internasional.




Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mari Mengenal Tanaman hias : Ruellia malacosperma, si Kencana ungu yang bisa hidup di mana aja. Kok bisa??

Mari Mengenal Tanaman hias : Turnera ulmifolia atau lebih akrab disebut kembang pukul 8. Looh, kok bisa?

REUNI DI SINGAPORE