Ekpetasi
Kadang kita sebagai manusia yang memiliki akal dan hati, sudah memiliki ekspetasi duluan terhadap suatu objek berdasarkan lokasi dan tampilan luar. Sebagian besar ekspetasi tersebut benar, sebagian besar salah. Mungkin ini yang dimaksud dengan salah satu pepatah dunia bahwa jangan menilai dari luarnya saja.
Seperti pengalamanku pagi ini, setelah sarapan pecel langganan aku naik angkot menuju kantor tempat magang, biasanya sih, kebiasan burukku, kalo abis sarapan itu bawaannya mules. Nah hal yang sudah lumrah terjadi dengan hidupku itupun datang. Aku mules didalam angkot. Sempat berpikiran bahwa masalah ini akan aku selesaikan di toilet mesjid dekat terminal, nah aku tahan-tahan deh itu mules walaupun sebenarnya enggak enak sekali menahan perasaan ini. Aku sempat berpikir, apakah aku turun sekarang dan menumpang dikamar mandi orang? ide yang menarik, tapi mau dimana ini muka? siapa yang mau nerima? lagi pula aku teringat pada suatu kisah sejarah dalam hidupku saat aku bertindak demikian disuatu toko, si pegawai bilang kalau di toko itu tidak ada kamar mandinya. Alamak..
Balik ke cerita perjuanganku menuntaskan masalah ini, akhirnya aku tetap berkekspetasi kalo toilet di mesjid deket terminal adalah salah satu solusi, aku tahaaan dan tahaan.. asal kalian tau, laju angkot yang aku tumpangi itu lambat karena macet everywhere. akhirnya aku tahaaan tahaaan.. Kira-kira 10 meter dari toilet ekspetasiku tadi.. aku sudah merasa gembira sekalai karena akhirnya masalah ini akan selesai juga, tapi Tuhan berkehendak lain, toilet mesjd tutup, dikunci dan dirantai, mungkin karena ini bukan waktunya shalat kalinya, jadinya toiletnya dikkuncin untuk menjaga keamanan dan kebersihan mesjid, saat mengetahui itu.. lantas aku teringat kalo di terminal ini ada toilet umum.. ya sudah, akhirnya mau tidak mau aku harus menuntaskan masalah ini didalam toilet umum tersebut.
Ekspetasiku terhadap toilet ini sudah buruk, dinding toilet yang gelap, kotor, bau pesing, air yg kotor, atap yang bocor dan sebagainya, bayangan-bayangan akan kondisi barang publik di negara ini sudah kubayangkan, dan aku sudah mepersiapkan diri dan mental, yang penting amsalah mules ini selesai. mengingat jalan yang aku tempuh menuju kantor cukup panjang. Sempat awalnya aku akan menuntaskan masalah ini di toilet kantor, tapi aku sudah tak sanggup lagi.. makanya secara fisik dan batin aku sudah siap terhadap toilet umum ini.
Namun, saat sudah tiba di toilet umum terminal laladon ini, seluruh ekspetasiku tadi salah. toilet umum terminal ini bersih, terang, lantai berkeramik bersih dari kotoran tanah, bak mandi terisi air penuh dengan dasar bak yang bersih, terlihat kalau bak ini sering dikuras dan dirawat, dinding kamar mandi bersih dari coretan, tidak ada bau pesing yang tadi kubayangkan. waah.. dan hebatnya lagi, di toilet ini juga disediakan sabun. Pokoknya aku merasa nyaman saat menggunakannya.. ekspetasiku luntuuur.. Mungkin ini salah satu hikmat yang dari ditutupnya toilet mesjid tadi.
Comments
Post a Comment