TRIP TO PALEMBANG #part 3
25 26 27 28 MARET 2017
KAMPUNG ARAB AL-MUNAWIR #1
Baru saja kami
tiba di dermaga AL-Munawir, hujan
sudah kembali datang. Kali ini agak deras, jadi kami berlari menerobosnya.
Tujuan utama kami kemari adalah untuk makan siang nasi kebuli yang baru saja
buka. Kami tidak tahu lokasi persisnya jadi kami masuk aja kampung arab ini.
Kiri-kanan rumah di kampung arab ini telah di cat ulang oleh pemerintah jadi
lebih menarik dan instagramable deh. Sayang hujan kembali turun dengan
derasnya, terpaksa kami bertemu di teras salah satu rumah.
Hujan semakin
deras dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Aku sudah lapar, jadi ya
kami mampir deh ke warung yang ada didekat kami, sambil mencari informasi
dimana sih nasi kebuli itu. Ternyata warung yang kami singgahi itu bukan hanya
menjual jajanan anak-anak saja, tapi menjual empek2x, model dan tekwan juga.
Yasudah aku pesan empek2x yang dihidang satu piring, Abdus pesan model. Di
warung ini jugalah aku berkenalan dengan es krim kesukaanku yang baru merknya
Aice. Beneran ini esnya enak banget, rasa buah-buahannya berasa banget, gak
kayak Walls yang susunya terlalu berasa.
Aice rasa Mangga :)
Agak kecewa
sih karena hujan ini, jadi belum bisa mengeksplore kampung arab ini lebih
dalam. Setelah mendapat info dari ibu warung tentang keberadaan nasi kebuli
itu, kami menerobos hujan untuk segera menuju rumah itu. Rumahnya itu ternyata
adalah rumah yang pertama kali kami datangi, ketika kami datang tidak ada apa-pun yang bertuliskan “Jual nasi
Kebuli” gitu, adanya cuma “Jual kue Arab” makanya kami lewati saja, ternyata yang
jual nasi kebuli itu ada dilantai dua dari rumah ini. Langsung naik deh kami.
Saat kami datang sudah ada dua kelompok pengunjung yang baru selesai makan.
Kami harus menunggu nasinya dulu karena nasinya habis. Ya ampuun.. harus nahan
lapar lebih lama lagi deh ini.
Sembari
menunggu, kami melakukan photo session dulu diruangan ini. Suasana mendung dan
pencahayaan di ruangan ini yang agak redup membuat nuansanya terasa gotic dan
bagus deh untuk foto-foto. Rumah yang kami datangi ini merupakan tipe rumah panggung.
Keseluruhan materialnya terbuat dari kayu. Ruangan yang dijadikan warung makan
ini juga dibiarkan kosong. Hanya ada peralatan tempat meletakkan nasi dan
lauk-pauk saja ditengah. Setelah menunggu agak lama sih (efek perut lapar kali
ya), nasinya datang juga. Kami kira makannya model prasmanan gitu, ternyata
enggak, makanannya diambilin sama yang jual. Harga satu porsi nasi kebuli ini
adalah Rp.18.000, so mari kita makan.
Nasi kebuli
MUSEUM SULTAN MAHMUD
BADARUDDIN II
Setelah makan dan
bertolak meninggalkan Al-Munawir, kami kembali ke dermaga di tepi sungai Musi,
langit mendung. Rencananya kami akan menuju rumah bait Al-Quran Akbar. Menurut
Heru, lokasinya itu cukup jauh, ditambah setelah hujan, maka pasti banyak
jalanan yang becek. Jadi kita putuskan untuk naik Go-Car aja. Sampai di
dermaga, langsung ke musholla untuk sholat zuhur. Setelah sholat zuhur, Go-Car
yang kami pesan dari tadi belum menunjukkan adanya supir yang narik hari itu.
Sedangkan hari sudah semakin sore. Heru harus masuk kuliah, jadinya ke rumah
bait Al-Qurannya dibatalkan saja.
Depan museum
Rencana
lainnya, adalah sore ini juga menonton bioskop. Kebetulan, film yang aku
tunggu-tunggu sedang tayang. Dari seminggu sebelum ke Palembang, aku sudah
bilang ke Izi untuk mengagendakan nonton Power Ranger disana. Rencana Izi sih
besok nontonnya biar murah, tapi karena besok itu cukup banyak tempat yang akan
dikunjungi, akhirnya nontonnya dimajuin hari ini. Aku sih ayok-ayok aja.
Hehehehe.. Sebelum berangkat aku narik
izi untuk mencoba masuk ke Museum Sultan Mahmud Badaruddin II yang berada
didepan tempat kami berada sekarang ini. Ternyata sudah tutup, yaah padahal aku
ingin sekali masuk. Gini-gini aku termasuk orang yang suka sama museum loh.
Museum tutup yaudahlah, kita foto-foto aja diluar museum. Kebetulan museum ini
memiliki anak tangga yang bagus banget untuk di foto.
Desain anak tangganya menari banget kaan.
PIM
Hujan kembali
turun, agak lebat sih. Kami tetap menerobos hujan menuju PIM. Saat perjalanan
menuju PIM, Izi nunjukin Taman Kambang Iwak yang pernah menjadi taman terbaik
se-Asia Tenggara pada tahun 2008 (koreksi ya kalo aku salah). Kambang Iwak ini
juga masuk dalam listku, tapi setelah diamati dari luar, sepertinya tidak usah
singgah deh, cukup melihat dan menikmartinya saja dari luar.
Hujan perlahan
mulai reda. Kami tiba di PIM. Atasan sih aman karena memaki outer, tapi celana
dan sepatu basah jadinya, tapi dilawan saja deh ketidaknyamanan ini. Masuk
kedalam PIM, ternyata sedang ada pameran Street Food Festival di Palembang. Mau
liat-liat makanan, tapi keingat film. Jadi kami langsung menuju ke bioskop
untuk nonto Power Rangers. Yeeaay.. Udah lama sekali aku gak menginjakkan kaki
di bioskop. Walaupun sebenarnya tinggal nyebrang aja si ke Batam, tapi
rasa-rasanya agak berat gitu mau nyebrang ke Batam kalau udah di Bintan.
Heru tidak
ikut menonton karena ia harus kuliah atau masuk kerja gitu sore ini. Jadinya
hanya aku, Izi dan Abdus saja yang nonton. Penonton yang nonton ternyata banyak
juga. Kami saja kebagian di barisan depan. Film Power Rangers ini aku suka,
semuanya aku suka. Gak bisa objecive karean aku memang suka dengan Power Ranger
sampai sekarang. Makanya waktu tau film ini akan tayang udah janji sama diri
sendiri untuk harus nonton film ini. Alhamdulillah bisa nonton di Palembang
lagi.
Usai nonton,
kami kembali ke Street Festival di bawah. Ada banyak makanan yang dijajakan.
Lagi liat-liat, Izi ngasih tau aku untuk beli Pindang Telur Ikan. Kata Izi,
masakan Pindang itu termasuk masakan tradisional Palembang dan sekarang itu
jarang ditemui di hari biasa. Hehm,, sepertinya harus kucoba nih. Aku pesan deh
satu porsinya Rp.20.000 dan rasanya seger dan enak. Cocok untuk menghangatkan
tubuh abis kena hujan dan dinginnya AC bioskop tadi.
Pindang telur Ikan.. enak.
MARTABAK HAR & PEMPEK FOR DINNER
Matahari baru
saja tenggelam saat kami keluar dari PIM. Tujuan berikutnya adalah nyobain
Martabak Har yang legendaris itu. Aku minta untuk dibawa ke Martabak Har yang
merupakan toko pertama kalinya berdiri di Palembang. Kebetulan arahnya searah
jalan pulang. Tokonya berada di jalan Sudirman. Jadi masih sempat melihat wajah
baru dari Jalan Sudirman saat menuju Martabak Har ini.
Tiba di
Martabak Har, kondisi toko ramai, jadinya kami naik ke lantai dua. Gak berapa
lama, datang deh makanannya. Martabak yang disiram dengan kuah kari, Hehm..
ngebayanginnya aku sudah suka. Waktu ngebelah martabknya, ternyata tebal ada
telur didalamnya. Jadi ini seperti adonan telur yang dibungkus oleh kulita
martabak dan disiram dengan kuah kari. Yummy..
Penampilan Martabak Har
Jujur saja,
untuk rasa, aku sedikit kecewa sih. Rasa yang aku rasakan di mulut berbeda
dengan ekpektasi yang aku bayangkan. Menurutku yaa, kuah karinya kurang nendang
rasa karinya. Jadi untuk menghibur lidah ini, aku minta Izi untuk nemenin makan
pempek lagi. Kali ini aku minta makan pempeknya di ruko-ruko keren gitu. Mau
nyobain dan ngebandingin pempek harga seribu dan pempek harga 3 ribu. Izi
sempat mempertanyakan keinginanku ini, yakin? Emang masih belum kenyang? Aku
jawab aja yakin. Soalnya mumpung di Palembang coy, kalo gak sekarang, kapan
lagi? Yasudah, kami akhirnya nyari pempeknya yang searah jalan pulang ke Plaju.
Adonan Martabak Har.
Ternyata Izi
benar, aku dilanda lapar mata. Aku hanya mampu mengabiskan empat butir pempek
kecil. Selain kenyang aku juga kecewa karena pempeknya dingin, aku kurang suka.
Menurutku masih lebih enak pempek yang di pasar 26 Ilir.
pempek di restoran.
Bersambung ke #part4
Comments
Post a Comment