CITA-CITAKU : MENGINJAKKAN KAKI DI UJUNG PULAU JAWA : BANYUWANGI
Perkenalanku
dengan Banyuwangi
Banyuwangi,
kata itu pertaman kali kudengar dari seorang teman sekamar dulu di asrama.
Namanya adalah Toha, pria muda bertubuh kecil dan berkumis tipis itu menyembutkan
asal daerahnya. Di Universitasku, selama 2 semester pertaman kami para
mahasiswa baru diwajibkan untuk tinggal di asrama yang telah disediakan oleh
pihak Universitas dan wajib mengikuti beberapa kegiatan pengenalan lintas
budaya. Ya aku beruntung dapat diterima di salah satu Institusi terbaik di
Indonesia. IPB
Dari
Toha lah aku mengetahui bahwa di Indonesia ini ada satu daerah yang bernama
Banyuwangi. Jujur saja sebagai anak yang lahir di kota sebesar Medan, kota-kota
yang kuketahui dan ingin sekali aku kunjungi tidak lain adalah kota-kota yang
sering disebut-sebut ditelevisi seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang,
Surabaya dan Makassar, karena dari sekian banyak kota di Indonesia hanya
kota-kota inilah yang akrab ditelinga dan mataku lewat program-program acara di
televisi. Kalaupun ada program jelajah alam Indonesia, aku gak pernah lihat
ataupun dengar kota Banyuwangi masuk dalam destinasi wisata, entah aku yang
tidak tau atau karena memang belum ada liputan kala itu. Entah la.
Balik
lagi, di kamar ini aku harus berbagi tempat dengan 3 orang teman, selain Toha,
ada juga Boris dari Rembang, dan Friandost dari Cikarang. Dari ketiga orang ini
bisa dibilang aku sedikit lebih dekat dengan si Toha, entah dia merasa atau
tidak. Tapi bukan berarti aku tidak dengan Boris dan Friandost hanya saja
dengan si Toha ini aku sering terlibat emosi kala beradu pendapat ataupun
pemikiran, apa-pun itu, makanya aku bilang aku merasa lebih dekat denganya,
soalnya hubunganku dengan Boris dan Friandiost tergolong adem. No conflict,
adem.
Dari
cerita-ceritaku dengan Toha dan melihat ia sendiri, terbersit di hatiku,
bagaimana rupa dari daerah ini ya? Walaupun si Toha tidak detail
memberitahukanku tentang keindahan ataupun keunikan Banyuwangi tetap saja aku
penasaran bagaimana rupa daerah yang membesarkan orang ini ya? Pertanyaan
tersebut terus tersimpan di benakku hingga aku menuliskan “Mengunjungi
Banyuwangi” dalam daftar mimpi-mimpi dalam hidupku.
Mengenal
Banyuwangi lebih dalam
Keluar dari
asrama, aku sudah jarang bertemu dengan Toha, segala cita-cita indahku untuk ke
Banyuwangi hampir lupa, tapi entah kenapa, ada saja hal yang mengingatkanku
pada tempat ini. Saat aku melihat acara jalan-jalan di televisi, aku melihat
program tersebut sedang jalan-jalan di Banyuwangi. Kontan semua memori
keinginanku untuk kesana kembali bangkit, ditambah lagi dalam tayangan itu
pemandangan yang ditawarkan pada penontoh sungguh-sungguh indah. Masih ingat
ketika itu, gambar yang ditampilkan adalah gambar sliuet pegunungan yang ditutupi
oleh kabut tipis. Gilaa.. sudah seperti di luar negri, setidaknya itulah yang
kubayangkan mengenai luar negri, walaupun hingga saat ini aku belum pernah
keluar negri, but someday.. i will.
Usai menonton acara televisi tersebut, aku langsung
menghubungi Toha, untuk menanyakan apakah dia pulang ke Banyuwangi apa tidak
dalam liburan semester ini. Kalo dia pulang, aku berencana untuk ikut
bersamanya, namun sayang, di mengambil semester pendek pada libur semester ini.
Sebenarnya aku bisa saja pergi sendiri, tapi aku termasuk tipe orang yang lebih
suka untuk pergi berkelompok daripada seorang diri.
Walaupun gagal berangkat ke Banyuwangi, aku tidak putus
asa, ada rasa optimis di hati bahwa aku dapat menginjakkan kakiku di daerah
yang dijuluki sebagai The Sunrise of Java itu. Untuk mengobati rasa
penasaranku, aku mencoba browsing di internet mengenai kondisi di Banyuwangi.
Dari hasil browsing, setidaknya ada enam tempat yang harus aku kunjungi jika
aku diijinkan untuk pergi ke Banyuwangi. Keenam tempat itu adalah:
1.
Kawah Ijen, siapa yang tidak pernah
mendengar kata kawah Ijen. Saat mendengar nama kawah ini, dalam bawanganku
kawah ini terdapat didaerah Nusa Tenggara, aku sendiri gak tahu mengapa, yang
jelas di Kawah ini menurut informasi yang kudapat, kita bakalan disuguhi
pemandangan yang indah, syukur-syukur jika kita kuta untuk mendaki pada saat
dini hari, kita dapat melihat moment yang hanya ada dua di dunia, di Alaska dan
di Kawah Ijen, Banyuwangi. Moment itu adalah Blue Fire. Subhanallah.
2.
Pantai Plengkung, walaupun namanya masih
jarang aku dengar, tapi tidak ada salahnya aku kesana jika aku tiba di
Banyuwangi, disebutkan bahwa di pantai ini sangat cocok untuk olahraga surfing,
karean ombak yang ada di pantai ini merupakan ombak yang terpanjang dan
tertinggi kedua setelah Hawaii
3.
Sukamade, bagi mereka yang mempunyai
jiwa petualangan tinggi. Kini sudah saatnya untuk mencoba perjalanan ke pantai
ini. Disebutkan bahwa pantai ini merupakan tempat penangkaran penyu. Hal yang
membuat Sukamade unik adalah track yang harus dilewati untukm sampai di pantai
ini. Pantai ini berada di kawasan Taman Nasional Meru Betiri sehingga dalam
perjalanan kita akan disuguhi kondisi hutan yang masih alami dan hijau, atau
jika beruntung kita juga bisa melihat monyet, biawak dan satwa liar lainnya.
4.
Pulau Merah, aku sering mendapat kabar
betapa indahnya pulau ini. Pulau kecil yang tanahnya bewarna kemerahan ini
memiliki keadaan pantai dan pasir putih yang mempesona, sepertinya sangat cocok
untuk dijadikan lokasi fotografi.
5.
Taman Nasional Baluran, aku sudah sering
mendengar namanya, taman nasional ini merupakan kawasan konservasi flora dan
fauna dimana, ditempat ini terhampar luas padang rumput (savana) sebagai rumah
bagi satwa liar seperti banteng, rusa dan satwa liar dilindungi lainnya. Mirip
seperti Afrika lah. Intinya jika ingin menikmati sensasi kehidupan savana
afrika, kini gak usah jauh-juah kesana lagi cukup luangkan waktumu untuk
melancong ke sisi timur pulau Jawa ini.
6.
Agrowisata Kalibendo, ingat acara
televisi yang kusebutkan diatas? Sepertinya lokasi syuting acara tersebut
disini. Menurut informasi yang kuperoleh dari berbagi sumber, Agrowisata
Kalibendo berada pada jalur Kawah Ijen, wisata dataran tinggi ini menawarkan
udara sejuk dan pemangdangan perkebunan cengkeh, karet, kopi dan tanaman keras
lainnya.
Sebenarnya masih banyak
lagi tempat wisata yang menarik yang belum aku ketahui karena sejauh ini
perkenalanku dengan Banyuwangi hanya melalui media internet.
Jika aku menyimak
perkataan dan perbuatan si Toha, aku berkesimpulan jika di Banyuwangi budaya
Jawanya masih kental, hal ini aku perhatiin dari cara berkomunikasi si Toha
dengan keluarganya. Si Toha juga bilang kalo ternyata dia harus membedakan cara
bicaranya dengan orang yang lebih tua, yang sepantaran dan yang lebih muda. Ada
tingkatan bahasa yang digunakan seperti budaya bicara Jawa pada umunya. Bagiku
ini sangat menarik karena dikampungku tidak ada budaya seperti ini, penggunaan
kosakata dalam percakapan sehari-hari sama, tidak ada perbedaan, yang ada hanyalah
tidak boleh berkata kasar ataupun berkata tidak baik, seperti budaya tutur kata
orang Indonesia pada umumnya.
Comments
Post a Comment