Road To Madinah.

Tanggal 11 Desember 2017 pukul 14.00 WIB adalah waktu keberangkatanku. Jam 09.00 WIB aku dan seluruh keluargaku sudah mulai bergerak dari rumah untuk menuju bandara Kualanamu. Aku harus sudah tiba di bandara maksimal jam 11.00 WIB untuk bergabung dengan jamaah lain. Rombongan ku sendiri terdiri dari dari 15 orang saja. Rombongan kecil, namun ternyata sangat kekeluargaan selama disana.
           
Jalan pagi ini agak macet, awalnya mau lewat jalan biasa, tapi karena macet dan takut telat, Papa mutusin untuk lewat jalan lain, memang agak lebih jauh, tapi lebih lancar. Alhamdulillah sampai bandara Kualanamu tepat waktu. Atas petunjuk kak Linda (admin Amanah Travel) dihari sebelumnya, aku harus menuju lantai 2 bandara. Aku baru tau kalau lantai 2 bandara ini memang dikhususkan untuk rombongan jamaah haji atau umroh. Setiba disana, sudah banyak rombongan jamaah dari travel lain. Sepertinya aku akan satu pesawat dengan mereka.

Seragam batiknya warna merah, jadi gampang ngenalinnya.
           
Cukup mudah untuk mengenali rombonganku karena setiap travel memiliki seragam batik sendiri-snediri. Perjalanan umroh kali ini aku sendiri saja, jadi mau gak mau jurus SKSD yang kudapati secara otodidak selama di Bogor dan Bintan kukerahkan agar bisa cepat akrab dengan beberapa jemaah. Jemaah kenalan pertamaku adalah Nek Karo atau Bu Ana, karena seragam kami sama, jadi aku duduk deh didekatnya, sambil nunggu Pak Wahyu (Tour Leader kami) mengambil makan siang kami. Sesuai ajaran waktu manasik kemarin. Usai makan, aku ke toilet dulu untuk ambil wudhu. Saat itu rombongan kami adalah rombongan yang terakhir masuk ruang tunggu. Toh rombongan kami sedikit dan waktunya juga masih luang, jadi kami sepakat yang terakhir aja biar gak desak-desakan. Sampai ruang tunggu langsung nyari spot untuk sholat Zuhur dan jamak sholat Ashar.
           
Pukul 14.00 WIB pesawat Saudi Arabian Airlanes take off. Bismillah semoga penerbangan ini lancar. Bulu kudukku naik, masih sedikit gak percaya aku akan berangkat ke tanah suci.
           
Kapasitas Saudi Arabian Airlines ini sekitar 500 penumpang, sedangkan jumlah penumpang saat itu sekitar 250 penumpang. Jadi banyak bangku yang kosong Beruntungnya, kami para penumpang DIBEBASKAN untuk memilih tempat duduk dimana saja di pesawat ini, gak perlu mengikuti nomor seat yang ada di tiket. Pola tempat duduknya 3-4-3.

Akhirnya aku duduk didepan dekat jendela bersama dengan Pak Rusadi dan Nek Karo. Pak Rusadi dan Nek Karo ini suami-istri dan selama di Madinah dan Mekkah ternyata aku lebih sering bersama pasutri ini. Perjalanan dari Medan-Madinah menempuh waktu tempuh selama 8 jam. Ini adalah perjalanan udara terlama pertamaku. Diperkirakan kami akan tiba di Madinah pukul 22.00 WIB atau setara dengan 18.15 waktu Madinah.
           
Delapan jam mengudara bersama Saudi Arabian Airlines, kami dijamu sangat baik oleh petugas kabin. Sejam setelah terbang, kami disuguhi welcome drink, ada bermacam jus atau mau teh/kopi. Setelah itu lanjut dengan makan siang. Usai makan siang, aku coba tidur, tapi gak bisa karena masih siang, iseng buka majalah yang ada, setengah halaman berbahasa Inggris, setengah halaman lagi bahasa Arab. Ya Allah artinya cuma bisa baca setengah halaman doang ini. Usai baca majalah, suntuk kan, liat keluar jendela, liat-liat pemandangan. Ternyata pesawat ini terbang cukup tinggi ya, aku sempat liat ada pesawat komersil lain tengah terbang, melesat cepat dibawah pesawat kami. Luar biasa. Pemandangan dibawah juga menakjubkan untuk ukuran ku. Aku bisa melihat, lautan, beberapa gurun pasir, pemukiman digurun pasir, dan lautan pasir. Masya Allah. Allahu Akbar.
           
Foto sayap pesawat,


Bila diperhatikan dibawah keliatan lautan padang pasir,


 Foto saat sunset.

Usai bangun dari tidur ayam, ngobrol-ngobrollah dengan Pak Rusadi dan Bu Ana, sesi perkenalanlah biar gak merasa sendiri di rombongan ini. Setelah 4 jam terbang, para jemaah semakin suntuk. Awalnya hanya mau ke toilet, lama-lama jelajahi pesawat. wkwkwkwk. Semua ini dimulai karena Pak Zai. Salah satu jemaah dari rombonganku. 


Ruang kelas VIP yang kosong

Pak Zai datang ke bangku kami didepan, ngajak ngobrol kami. Pak Zai cerita, dia sudah kelilingi pesawat ini dari depan sampai belakang. Di belakang masih banyak bangku kosong, jadi sama jemaah lain empat bangku dijadiin tempat tidur. Pak Rusadi dan Nek Karo penasaran, ikut-ikutan lah mereka. Aku juga penasaran kan, aku ikut jelajah juga, cuma hanya sampai setengah pesawat aja. Didalam pesawat ini, aku paling suka di bagian depan pesawat. Kelas VIP, karena kosong, bagian ini dipakai kru kabin pesawat untuk duduk. Awalnya aku malu-malu mau masuk, pertama berdiri aja, sambil meregangkan kaki. Istri Pak Zai datang mengahampiri, ngobrol lah sama istri Pak Zai. Petugas kabinnya juga membiarkan kami tuh berdiri dikelas VIP. Lama-kelamaan, pengen foto, trus izin sama pramugarinya untuk foto disini. Dibolehin, malah mbak pramugarinya yang ngambilin foto. hehehehe.
           
Eaa.. foto ala-ala.. Foto ini diambil oleh mbak Pramugarinya loh.


Istri Pak Zai gak mau kalah, minta difoto juga :)


Pak Wahyu juga gak mau kalah, :) 
Nah tempat duduk ku itu ada di balik tirai sebelah kanan yang terbuka itu.

Oh ya, petugas kabinnya terdiri dari orang Indonesia, Malaysia dan Arab, jadi bisa bahasa Melayu. Sepertinya supervisornya kurang suka dengan jemaah yang berkeliaran, maka nyala-lah lampu untuk mengenakan sabuk pengaman, padahal lagi gak cuaca buruk. hehehhe. Perjalanan tinggal 3 jam lagi. Kami pun disuguhi kembali dengan makan berat. Usai makan, 2 jam lagi kupakai untuk tidur atau gak ngobrol dengan Pak Rusadi dan Istri. Lagi asik ngobrol, ada pemberitahuan bahwa penumpang harus bersiap untuk landing. Alhamdulillah kami semua selamat sampai Madinah sesuai dengan waktu yang diperkiraan. Assalamualaikum Madinah rumah rasulullah.. :)

Bersambung di "Madinah, Desember 2017"

Comments

Popular posts from this blog

Mari Mengenal Tanaman hias : Ruellia malacosperma, si Kencana ungu yang bisa hidup di mana aja. Kok bisa??

Mari Mengenal Tanaman hias : Turnera ulmifolia atau lebih akrab disebut kembang pukul 8. Looh, kok bisa?

REUNI DI SINGAPORE