Mekkah, Desember 2017

Assalamualaikum, berikut adalah ceritaku di kota Mekkah,, ceritaku di Madinah, bisa kalian liat disini yaa.. :)

The Holy Ka'bah.

Jumat pagi, setelah sarapan. Aku berniat untuk ke raudah lagi. Sholat di raudah terakhir lah niatnya. Biasanya jam segini masih sepi antriannya. Tapi masya allah. Begitu nyampe, antrian untuk ke raudah sudah hampir mencapai pintu masuk. Panjang sekali. Mengingat padatnya jadwal hari ini, aku pun mengurungkan niat ke raudah dan hanya mengunjungi makam nabi untuk terkahir kali (semoga bukan yang terakhir kali dalam hidup). Aku harus bergegas kembali ke hotel untuk packing. Sampai di kamar, Pak Ustadz Arifin cerita, ini hari Jumat, hari liburnya orang Arab. Jadi pasti banyak masyarakat yang ingin ke raudah juga, pun raudahnya juga akan ditutup lebih cepat untu persiapan sholat Jumat. Pantesan panjang antriannya.

Sesuai instruksi manasik tadi malam. Jemaah pria dianjurkan untuk sudah menggunakan ihram saat melaksanakan sholat Jumat. Wow. Ini pengalaman pertamaku sholat menggunakan kain ihram. Masih kagok pas sholat pakai kain ihram, kain atasnya masih suka jatuh-jatuh. Rombongan kami rencananya akan segera berangkat setelah makan siang, tetapi manusia berencana, Allah yang menentukan. Niatnya mau berangkat pukul 13.30, kami malah berangkat pukul 14.30.


Pakai Kain Ihram

Perjalanan Madinah-Mekkah menempuh waktu sekitar 5 jam menggunakan bus. Diperjalanan kita dianjurkan untuk membaca zikir. Sebelum masuk Mekkah, para jemaah umroh diharuskan berhenti di mesjid Bir Ali untuk mengambil Miqot (niat). Sepertinya mesjid ini gak pernah sepi deh, aku melihat banyak sekali manusia dari berbagai golongan dan ras yang hendak melaksanakan ibadah umroh. Ada yang mennggunakan bus, ada juga yang menggunakan mobil pribadi. Niat Umroh diucapkan disini, dan dari sini, hingga nanti umroh selesai, kita harus mulai berhati-hati agar tidak melanggar larangan ketika berpakaian ihram. Jika kita melanggar, maka umroh kita akan batal dan harus membayar dam.

Dari Bir Ali, hari masih terang, kami pun berangkat menuju Mekkah. Kondisi di bus sudah agak beda, kami duduk sendiri-sendiri. Yang suami istri juga begitu, takut batal. hehehehe. Lepas maghrib, bus berhenti di Wadi Kudet. Supir busnya mau istirahat. Hal yang biasa dikalangan supir bus. Bus-bus yang lain juga sama. Wadi Kudet ini adalah rest area. Terdapat mini market, toilet, mesjid, dan beberapa toko makanan ringan lainnya. Kami pun turun, ada yang ke WC ada juga yang isitirahat beli teh, kopi, dan kudapan lainnya. Alhamdulillah aku ditraktir pak Rusadi teh dan martabak. Martabak disini tipis dan sedikit isiannya. Gak kenyang. Kami tiba disini saat lagi sepi, jadi lebih leluasa. Saat kami akan melanjutkan perjalanan, beberapa bus baru tiba disini.

Rest Area. Wadi Kudet.

Mekkah

Pukul 21.00 malam kami tiba di Mekkah. Langsung menuju hotel. Macet, terutama didaerah perhotelan. Banyak bus yang tiba dan drop off penumpang. Selama di Mekkah, kami kecuali rombongan keluarga pak Hasan, akan menginap di hotel Alsaraya Ajyad. Jaraknya dari Masjidil Haram sekitar 500 m. Tiba di hotel, kami diarahkan langsung menuju restauran untuk makan malam. Sistem restauran disini sama dengan yang di Madinah. Hanyas saja ruangannya restauran disini lebih besar dan lebih mewah. Makanannya, makanan Malaysia karena dihotel ini kebanyakan tamunya adalah orang Malaysia pada saat ini. Hal ini terlihat dari banyaknya stiker penanda catering yang dibuat oleh travel asal Malaysia. Walau begitu, aku masih cocok saja dengan makananya.

Usai makan malam, kami naik ke kamar, ke lantai 7. Kali ini kami semua berada pada lantai yang sama. Kamarku ada di kamar 718. Kamarnya lebih kecil dibandingkan kamar di Madinah, tetapi masih nyaman. Untungnya dikamar ini menyediakan hanger yang banyak. Keberadaan hanger di sharing room begini adalah suatu keuntungan. Kami gak bisa berlama-lama dikamar, niat dan semangat harus segera dikembalikan untuk melaksanakan ibadah umroh wajib ini.


Zam-zam Tower

Aku lupa jam berapa, yang jelas udah agak larut malam. Setelah memakai earphone dan beberapa alat penanda diri lainnya, kami bergerak menuju masjidil haram. Dari hotelku, cukup jalan lurus saja, sampai diujung, berbelok ke kanan dan tibalah di pelataran mesjidil haram. Disebelah kiri kami, menjulang tinggi sebuah menara jam yang besar. Itu adalah Zam-Zam Tower. Landmark dan bancmark baru kota Mekkah. Saat ini sedang terjadi renovasi di dekat Ka'bah dan dibeberapa bagian Masjidil Haram, jadi kalau dari luar sini, kita masih belum meraskan fell dari masjidil haram. Pintu masuk menuju ka'bah juga hanya satu. Pintu masuknya dijaga oleh beberapa petugas. Tidak semua jamaah bisa lewat sini, bagi laki-laki, harus menggunakan kain ihram baru bisa lewat, untuk perempuan bebas.

Usai semua jamaah masuk, kami melipir ke arah kiri. Kami akan melaksanakan sholat Maghrib dan Isya berjamaah sebelum melakukan rukun umroh yang lain. Usai sholat, kami berjalan ke arah bawah. Aku sangat semangat, penasaran ingin melihat ka'bah secara langsung, karena dari luar ka'bah tidak keliatan.

Masya Allah, Allahu Akbar, Alhamdulillah. For the first time in forever, Aku melihat ka'bah dengan mata kepalaku sendiri, gak digambar tivi lagi, gak di gambar yang ada di sejadah lagi :")


Foto diambil saat semua rukun sudah dilaksanakan ya..

Kami pun larut dalam kekhusukan ini, dipandu pak Ust. Arifin kami semua lancar melaksanakan semua rukun umroh yang tersisa, mulai dari tawaf (mengelilingi ka'bah selama 7 putaran), sai (berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah sebanyak 7x.) dan Tahalul (menggunting sebagian kecil rambut). Saat ini, tempat untuk melakukan sai sudah nyaman, lorongnya tertutup, lantainya keramik, sangat nyaman. Selesai sai, kami semua berdiri di bukit Marwah untuk memanjatkan doa usai sai. Saat ini bukit Marwah sudah dipapas dan diberi formalin agar tidak rusak, walau sudah dilapis formalin, tetep aja ada keinginan untuk menginjakkan kaki langsung di bukit ini. Usai Sai, lanjut Tahalul, alhamdulillah Umrohnya sudah selesai. Pak Ridwan dan Pak Zai minta ditemanin Pak Ust Arifin ke toilet, kami diminta menunggu di disekitar bukit marwah, Aku pun duduk, baru kerasa capeknya. Walau capek, semua senang, semuanya senyum. Nek Karo langsung ambil action keluarin hp untuk foto-foto. :). Pukul 01.30 dini hari, kami baru sampai di hotel untuk istirahat.


Duduk di dekat Bukit Mawah, kecapean.



Proses pemangkasan rambut. Botak 3 cm.


Tawaf Sunnah di Lantai 3

Paginya, kami semua yang ada dikamar, ketiduran. Kami bangun pada saat adzan shubuh akan berakhir. Tidak sempat kalau mau berjemaah di Masjidil Haram. Jadinya kami sekamar memutuskan untuk sholat berjamaah saja di hotel. Pukul 06.30, kami turun ke restauran room untuk sarapan. Disana kami bertemu dengan ibu-ibu dan pak Rusadi yang ternyata ikut berjamaah di mesjid. Pak Rusadi cerita, kalau dia selepas umroh tidak bisa tidur, makanya bisa ikut jemaah. Beliau juga cerita, kalau dia sudah mencoba untuk tawaf sunah kembali di lantai 3. Wuaah.. Pak Rusadi aja kuat, masa aku enggak. Maka akupun memutuskan untuk mencoba tawaf sunah di lantai 3.

Hari ini kami tidak ada jadwal. Jadi bebas mau  ngapain aja. Aku yang sedari pagi tadi udah semangat untuk mencoba tawaf sunah, langsung bergerak pergi ke Mesjidil Haram usai mandi dan membawa beberapa perlengkapan. Aku tidak menggunakan pakaian ihram, hanya menggunakan baju koko dan celana bahan warna hitam. Aku sengaja. ingin ngetes, bisa masuk gak kebawah kalo gak pakai pakaian ihram. Pagi ini jalanan menuju Masjidil Haram terpantau ramai lancar. Ada rombongan yang akan pulang, ada yang baru tiba, ada juga yang hendak city tour. Jemaah yang sedang memakai pakaian ihram juga ada. Sepertinya tidak perlu malu untuk mengenakan kain ihram disini. Jujur aja, awal pakai pakaian ihram aku agak malu sih, takut keliatan kulitnya, padahal kain ihram itu sudah ada standar ketebalannya sendiri, jadi gak bakalan keliatan.

Cukup 7-10 menit aku berjalan aku sudah sampai di depan pintu masuk yang khusus menuju ka'bah, dan langsung diusir sama petugas, diminta naik lift untuk kelantai atas. Yaudah deh, naik aja, aku langsung naik ke lantai 3. Masuk ke dalam mesjid. Tampak beberapa bagian yang masih direnovasi sehingga mengurangi keindahan mesjid ini. Lantai 3 pagi ini sepi. Tak banyak jemaah yang tawaf. Setelah melihat sekeliling, aku pun berjalan menuju lampu hijau, titik start/finis tawaf. Sambil berjalan sambil liat-liat sekeliling juga. Di sebelah kiri, didaerah balkon yang menghadap ka'bah. Tampak beberapa orang sedang duduk santai menghadap ka'bah dan melihat-lihat kondisi dibawah.

Titik start dan finish tawaf itu di lokasi hajar aswad. Jadi kita mengambil niat tawaf itu ketika sudah berada sejajar dengan lokasi hajar aswad berada. Untuk di lantai atas, titik ini ditandai dengan adanya lampu bewarna hijau.

Memang benar apa kata orang-orang. Tawaf disini memang lelah. Jarak putarannya jadi semakin jauh dan waktu tawafnya juga semakin lama. Putaran awal-awal aku masih semangat, mendekati putaran 3-4 sudah mulai ada perasaan ingin  menyerah saja rasanya. Capeek. Tapi kupaksain lagi saja, karena tanggung udah jauh-jauh kesini, masa nyerah gitu aja. Malu sama Pak Rusadi lah nanti kalau cerita. Putaran ke-5 kaki mulai kebas dan keras. Dititik ini udah pasrah aja, langkah kaki juga udah mulai gak berasa. Aku pun mengurangi tempo jalanku. Memperlambat tempo berjalan sambil tetap berzikir dan berdoa yang diinginkan begitu berada diantara rukun Yamani dan Hajar Aswad. Saat memasuki putaran 7, semangat kembali datang. Ini putaran terakhir,, yeeah... sedikit lagi.. sedikit lagii.. Telapak kaki kulihat sudah menghitam, betis udah keras. Jangan nyerah, sedikir lagi. Sedikit lagi dan finish. aku langsung berdiri ditempat yang sejajar dengan multazam untuk berdoa kemudian mencari tempat  lurusan maqam ibrahim untuk melaksanakan sholat sunah tawaf.

Usai sholat aku terduduk, menghilangkan lelah sambil memandangi ka'bah dari atas sini. Dibawah, sudah banyak orang yang berdatangan untuk melakukan tawaf. Dilantai tempatku berdiri juga sudah mulai banyak orang yang melakukan tawaf. Baik yang menggunakan kursi roda ataupun tidak. Aku menghabiskan 1 jam 10 menit untuk menyelesaikan tawaf dari atas sini. Jam menunjukan pukul setengah 10, masih ada banyak waktu sebelum waku zuhur datang. Aku pun memutuskan untuk kembali ke hotel sambil menikmati suasana dimesjid ini, dan mengambil beberapa foto untuk oleh-oleh.


Suasana Ka'bah di pagi hari. 
Disebrang banyak crane untuk renovasi.

Untuk benar-benar keluar dari mesjid ini, aku harus melakukan setengah tawaf lagi dikarenakan pintuk keluar yang dekat dengan hotelku berada diseberang posisi ku sekarang. Itu pun masih harus nanya beberapa petugas lagi. Petugas disini baik-baik ketika ditanya. Bahkan aku sampai dianterin sampai menuju gerbang keluar sama si petugasnya. Syukron pak petugas. Petugas disini keliatannya sangat senang dengan jemaah asal Indonesia. Saat kita bilang kita dari Indonesia, mereka langsung senyum dan bilang "Apa kabar?" "Terima kasih" ramahlah pokoknya.

Saat pergi tadi, aku sempat melihat beberapa makanan yang dijual disi disekitar sini. Nah aku tuh dari pas di Madinah udah penasaran sekali pengen nyobain pop mie disini. Iya Pop Mie. Disini pun ada yang jual Pop Mie dalam bahasa arab. Hanya ada tiga rasa. Rasa kari ayam, raya ayam dan rasa bakso. Aku membeli yang rasa kari ayam. Harganya kalo gak salah 5 SAR. Sampai kamar hotel, Pak Ridwan dan Pak Zai gak ada, yang ada hanya Pak Wahyu sedang sibuk mengurus dokumen. Aku takut mengganggu Pak Wahyu dengan aroma Pop Mie ini, akupun makan di luar kamar. Kebetulan kamar kami ini berada di ujung, jadi gak bakalan ada orang lewat kesini. Rasanya bagaimana? Rasanya, ya rasa kari ayam. Cuma gak sekuat rasa Pop Mie kari ayam yang ada di Indonesia.


Indomie Cup Arab Saudi

City Tour of Mecca

Keesokan harinya. Waktunya City Tour kota Mekkah. Seperti di Madinah. Usai sarapan dan membawa perlengkapan masing-masing. Kami berangkat menggunakan bus eksklusif rombongan kami. Jika dilihat di itenary sih. Tempat yang akan kami kunjungi di kota Mekkah ini lebih sedikit dari yang di Madinah, dan juga karena ada beberapa larangan baru yang ditetapkan pemerintah Arab Saudi. Sepertinya kami akan lebih banyak di dalam bus, melewati tempat tersebut sambil mendengarkan narasi dari Pak Ust. Arifin.

Jabal  Nur. Tempat pertama yang kami tuju adalah Jabal Nur. Jabal artinya gunung. Di gunung inilah terdapat gue Hira. Gua tempat pertama kalinya nabi Muhammad mendapat wahyu, surat Al-Baqarah. Saat sedang dalam pengasingan diri atas perintah Allah SWT. Kami tidak bisa masuk ke area parkir Jabal Nur, Ramai sekali. Atas inisiatif pak Ustad kami pun maju agak kedepan dan berhenti dipinggir jalan untuk mengambil foto disini. Lokasi gua Hira itu ada di atas, belakang Jabal Nur. Jadi kita harus mendaki dahulu sampai puncak, nah sampai puncak, kita menurun sedikit kearah sisi sebelah gunung, baru bertemu deh dengan gua Hira tersebut. Dan itu memakan waktu hampir 3 jam perjalanan. Masya Allah perjuangan nabi Muhammad SAW. :"). Tak kalah hebatnya juga adalah kesetian dan pengorbanan Siti Khadijah yang selalu membawa makanan untuk nabi saat nabi sedang bersembunyi di gue Hira. Rumah nabi itu dekat Masjidil Haram, sedangkan letak Jabal Nur ini cukup jauh dari rumah nabi. Masya Allah.

Gunung yang dibelakang itulah Jabal Nur.

Jabal Rahmah

Jabal Rahmah ada tujuan kedua kami. Menurutku Jabal Rahmah adalah tempat teromantis didunia. Kenapa? karena disinilah tempat pertama kalinya dua insan manusia yang saling mencintai dipertemukan di muka buni. Pertemuannya dibimbing langsung oleh Sang Pemilik Alam Semesta. Ketika Nabi Adam dan Siti Hawa dihukum turun kebumi, keduanya diturunkan ditempat yang berbeda. Nabi Adam diturunkan di India, sedangkan Siti Hawa diturunkan di Jeddah. Atas perintah Allah, Nabi Adam disuruh pergi menuju mekkah. Sehingga, manusia yang pertama kali melakukan ibadah haji adalah Nabi Adam AS dengan bimbingan langsung dari Allah SWT.

Jabal Rahmah

Kondisi di Jabal Rahmah tergolong sepi, jadi enak untuk mengeksplor tempat ini. Setelah parkir, kami dibiarkan untuk mengeksplor sendiri. Jabal Rahmah ini gak terlalu tinggi, jadi aku memutuskan untuk mendaki gunung batu ini. Tidak ada tangga permanen disini, jadi kita harus bisa memilih pijakan yang benar untuk mendaki gunung ini. Ternyata bukan aku saja yang semangat mendaki, saat menoleh kebelakang, rupanya Pak Rusadi, Pak Zai, Pak Ridwan beserta istri masing-masing juga semangat. Jadi aku refleks lah aku yang jadi pembuka jalan mereka, aku pilihkan jalur yang aman dan tidak terlalu terjal. Gak sampi 15 menit kami semua sudah sampai di atas Jabal Rahmah.


Semoga bisa foto bersama dengan kamu disini, suatu saat nanti, istriku. hehehe

Di atas Jabal Rahmah, tampak sebuah tugu penanda yang dibangun pemerintah. Dinding tugu tersebut penuh dengan coret-coretan nama orang. Kami sudah diperingatkan oleh Pak Ust.Arifin untuk tidak melakukan menulis-nulis nama tersebut, karena itu bisa menjerumuskan pada perbuatan syirik. Kami dianjurkan kalau ingin, cukup berdoa menghadap kiblat dan berdoa yang berkaitan dengan kasih-sayang. Jangan sampai pahala kita bocor karena berdoa menghadapa tugu, bukannya pada kiblat. 


Aksi Vandalisme di tugu Jabal Rahmah.

Puas melihat kondisi diatas, bapak-bapak yang lain sudah pada turun melalui jalur yang tadi. Aku pun akhirnya turun juga, tetapi melalui sisi seberangnya. Disisi ini jalurnya tergolong curam, jadi kurang cocok untuk para orang tua turun dari sini. Aku sengaja memilih sisi ini, karena lebih dekat dengan parkiran bus. Selama aku liat jalur ini aman, maka pasti bisa dilewati. Di tengah perjalanan turun, aku melihat seorang ibu, sedang menuliskan sebuah nama di kertas, lalu kertas itu diselipkan dicelah-celah batu yang ada. Ya ampuun, ada lagi cara barunya ya.. aku hanya bisa geleng-geleng kepala.


Pemandangan dari atas Jabal Rahmah

Padang Arafah

Dari Jabal Rahmah, kami dibawa menuju padang Arafah dan Mudzdalifah. Untuk sekedar tau saja, bagaimana sih padang Arafah itu. Ya tidak ada apa-apa, yang ada hanya padang tandus yang luas. Kalau kemari saat musim haji, baru banyak tenda-tenda berdiri disini. Kondisi di Padang Arafah berbeda jauh dengan di Mudzdalifah. Disini dipenuhi oleh tenda-tendah kerucut permanen. Banyak sekali tenda-tendanya dan tersusun rapi. Wuah, jadi ingin naik haji deh biar bisa merasakan berada disini.


Sebagian kecil dari padang Arafah.

Sepanjang perjalanan, selain menceritakan riwayat nabi, Pak Ust. Arifin banyak membagikan juga menjelaskan asal-usul kenapa sih kita harus berhaji, berumroh, tempat diturunkannya ayat ini dimana, kenapa sampai ayat ini turun semua dijelaskan dengan baik oleh Pak Ust.Arifin, sehingga kami tidak merasa bosan dan tetap antusias melihat ke arah jendela bis sambil mendengar penjelasan dari pak Ust.Arifin.


Tenda-tenda di Mudzdalifah

Rencananya, hari ini kami akan melakukan umroh sunnah. Jadi sebelum berangkat tadi, yang ingin melaksanakan umroh sunnah, diminta untuk membawa kain ihram. Kalau sebelumnya kami mengambil Miqot di Bir Ali. Kali ini kami mengambil Miqot di Ji'nonah. Beberapa menit sebelum azan dzuhur berkumandang, kami sudah tiba dihotel, langsung bersiap untuk sholat zuhur, kemudian melaksanakan ibadah umroh sunnah selepas makan siang. Alhamdulillah, bisa merasakan tawaf di dua waktu yang berbeda. Siang dan malam.


Foto sama Pak Ustadz Arifin

Azan Ashar berkumandang saat kami sedang melakukan putaran terakhir dari Sai. Pak Ust.Arifin bilang lanjut saja, nanti kalau sudah Iqomah, baru kita berhenti. Aku sudah harap-harap cemas, belum berwudhu untuk sholat (Kalau Sai tidak apa-apa kalau wudhunya batal). In the last minute, pak Arifin berhenti dan menyuruh kami untuk ambil wudhu di keran air zam-zam. Awalnya aku terkejut, apakah boleh. Lalu saat kulihat, ternyata banyak juga jamaah dar negara lain yang ambil wudhu di keran air zam-zam. Air zam-zam ditampung digelas lalu dipercikkan ke bagian-bagian wajib wudhu. Wow, pengalaman baru lagi.

Usai tahalul, pak Ust.Arifin mengajak kami pulang kehotel melalui jalur yang berbeda. Kalau biasanya kami keluar melalui gerbang Ajiyad atau King Abdul Aziz, kali ini beda. Aku lupa namanya. Yang jelas, kami harus berjalan setengah putaran dari masjidil haram baru sampai ke gerbang depan. Nah saat sedang santai berjalan, pak Ust.Arifin berbisik melalui earphone kami. Kami diminta untuk melihat kesebelah kiri. Tidak ada apa-apa, hanya ada pekerjaan renovasi. Pak Ust bilang coba lihat di seberangnya. Diseberang ada sebuah bangunan, warna kuning, sangat mencolok dari sekitarnya. Pak Ust.Arifin bilang itu adalah rumah Rasulullah SAW. Ditempat itulah rasul dilahirkan. Waw.. Masya Allah. Aku buru-buru mau mengeluarkan hp, tapi langsung dicegah pak Ust.

"Jangan difoto, jangan difoto", nanti saya ditangkap sama petugas. Sekarang sudah tidak boleh kesana dalam bentuk rombongan, kalau bapak ibu mau kesana, silahkan saja datang sendiri, gak ditangkap kok. tapi kalau saya.. beeuh ditangkap"

Kenapa begitu? karena takut menimbulkan sikap musyrik. Kalau banyak jemaah yang tau disana adalah rumah rasulullah, dikhawatirkan banyak jamaah yang kesana, memanjatkan doa disana, berdoa sambil meratap, padahal itu kan hanya sebuah rumah. Nah pemerintah Arab Saudi gak mau hal itu terjadi, makanya para mutowif sudah dibriefing dan diperingatkan untuk tidak membawa jamaah kesana.

"Kalau Agus mau kesana, mau foto-foto. Agus pergi sendiri saja, saya gak bisa nemanin. Gak pa-pa pergi sendiri, nanti saya tunjukin jalannya" kata Pak Ust.

Rumah saat Nabi Muhammad di lahirkan

Keesokan harinya. Aku udah niatkan mau ke bekas rumah nabi. Sebelumnya aku sudah dikasi petunjuk jalan kesana, gampang kok, cuma lurus saja. Selepas ashar, aku gak langsung kembali ke hotel. Aku langsung jalan kesana. Jalannya ramai kok, karena sejalan dengan sumur air Zam-zam. Jadi banyak orang arab yang searah denganku sambil membawa dirigen-dirigen besar untuk diisi air zam-zam. Kata Pak Ust.Arifin rumahnya itu bersebelahan dengan sumur air zam-zam yang baru ini, jadi aku tinggal ngikut kemana orang-orang yang bawa dirigen ini pergi. Hatiku sedikit ciut saat membaca sebuah papan petunjuk jalan "Road to Gaza" waduh, serius nih lewat sini. Signage itu mengarah kesebuah lapangan yang dikelilingi seng dan ada garis polisi. Mau jalan lurus gak bisa, udah ditutup, lagi renovasi. Berarti harus lewat sini, soalnya orang-orang yang bawa dirigen itu pada kesitu semua, dan memang rumah nabi ya disitu, aku bisa melihatnya. Ada pos polisi dan beberapa tentara sedang duduk dijalan yang akan aku lalui.

Saat aku lihat sekeliling, semua berwajah arab. Tidak ada yang berwajah asia. Waduh takut juga kan, takut ditangkap. Tapi bismillah. aku berjalan lewat saja, melewati pos polisi dan mengikuti papan petunjuk "Road to Gaza". Ternyata memang disini. Ada dua tempat disini, satu bangunan yang ditutup sama kerangkeng besi (ini adalah lokasi pengambilan air zam-zam yang baru) lalu disebelah kanannya ada rumah nabi. Aku masih takut-takut, jadinya aku masuk dulu ke sumur zam-zam sambil liat situasi. Dalam bangunan ini, ada beberap keran air zam-zam. Ditengah ada dinding tebal yang dipasangi keran juga disetiap sisinya. Ada yang mandi ada, yang sekedar berwudhu, kebanyakan mereka mengisi dirigen yang mereka bawa dengan air zam-zam. Aku pun gak mau kalah, berwudhu. Kapan lagi nyobain berwudhu dengan air zam-zam dengan debit air yang deras.


Lokasi sumur zam-zam yang baru.

Usai wudhu, aku keluar, mendekati bekas rumah Nabi Muhammad SAW. pelan-pelan mendekat. Bangunannya ditutup. Bangunan ini sekarang difungsikan sebagai perpustakaan. Banyak juga jemaah berwajah arab yang kemari. Sepertinya mereka tau kalau ini adalah tempat nabi dilahirkan. Berbeda dengan jemaah Asia lainnya yang tidak diberitahu. Aku bersyukur bisa tau. Terima Kasih uts.Arifin. :). Tak lupa aku mengambil gambar, cuma satu saja, gak berani banyak-banyak, takut ditangkap. Soalnya ada petugas juga disini.


Disinilah Nabi Muhammad SAW dilahirkan.

Puas melihat-lihat, aku pun memutuskan kembali ke hotel. Dari rumah rasul menuju hotelku itu memakan waktu tempuh 15-20 menit. Jauh juga. Meskipun jauh dan terasa capek, aku merasa puas dan senang. Aku pun berjalan sambil memandangi mesjid ini. Masjidil Haram ini bener-bener megah. Belum selesai direnovasi saja sudah terlihat megah seperti ini, gimana kalu udah jadi. Dinding-dindingnya dilapisi keramik, pintu-pintu dan jendelanya besar dan tinggi-tinggi sekali. Aku sampai kesusahan mengambil foto pintu mesjid ini secara utuh, harus mendongak keatas baru bisa terlihat full.

Salah satu pintu masuk Masjidil Haram


Penampakan belakang Masjidil Haram yang sedang direnovasi


Zam-zam tower dari kejauhan.

Tawaf Wada, menuju Jeddah.

Hari ini adalah hari terakhir kami di Mekkah dan ditanah haram. Hari ini kami akan pulang kembali ke Medan. Jarak Mekkah-Jeddah itu kalau tidak salah 4 jam perjalanan. Setelah sarapan, kami diminta untuk memakain pakaian ihram lagi. Kali ini kami akan melaksanakan tawaf wada (tawaf perpisahan). Waktu masuk ke area ka'bah, beberapa jemaah sudah ada yang sedih dan menahan tangis karena akan berpisah. Saat tawaf, aku disamping pak Rusadi. Pak Rusadi tampak menangis. Aku juga sedih jadinya. Tangis semua jamaah pecah saat pak Ust.Arifin memimpin doa usai tawaf. Sepertinya semua berharap yang sama. Semoga ini bukanlah kunjungan terakhir kami kesini.


Berdoa setelah tawaf wada'

Sekitar pukul 10.00 kami berangkat meninggalkan Mekkah. Ada perasaan sedih saat menyadari perjalanan umroh kali ini akan selesai. Semoga aku bisa kembali lagi kesini. Di dalam bus, tak banyak yang bisa dilakukan, Pak Ust.Arifin memimpin zikir didepan selama 1 jam perjalanan. Berikutnya kami diminta untuk berzikir sendiri, atau bisa juga tidur menghimpun tenaga mengingat perjalanan kami yang masih cukup panjang untuk tiba di tanah air.

Jeddah

Menjelang tengah hari, bus berhenti di pom bensin. Kata pak Ust.Arifin, sebentar lagi kita akan masuk ke Jeddah. Pom bensin disini, sedikit berbeda dengan pom bensin di Indonesia. Disini tidak ada petugas jaga, jadi ngisi bensinnya sendiri. Aku yang terbangun dari tidur langsung melihat lihat sekitar. Disisi kiri kananku padang pasir semua. Sepertinya panas sekali diluar.


Pom Bensin.
Foto diambil dari dalam bis, masih terasa silau.

Tak lama, gedung-gedung tinggi kelihatan. Kami sudah sampai di Jeddah. Sebelum ke restauran untuk makan siang, pak Ust.Arifin membawa kami keliling sebentar untuk city tour sebentar saja di Jeddah. Melihat Mesjid Qisas, Sungai yang ada di Jeddah. Ini baru menurutku sih. Melihat sungai di daerah padang tandus begini, dan yang paling membuatku terkesima adalah melihat secara langsung makam Siti Hawa. 


Salah satu gedung yang ada di Jeddah

Tampak tembok bangunan putih memanjang, sepanjang dua blok perhotelan di Madinah. Awalnya aku biasa saja sama makam itu. Aku pikir, itu seperti komplek pemakaman, tempat beberapa jenazah disatukan disitu. Ternyata aku salah, satu komplek itu ada hanya diisi oleh jenazahnya siti Hawa. Mother of the human in the earth. Gila, itu panjang banget. Aku tercekat. Pak Arifin menjelaskan, panjang/tinggi Nabi Adam dan Siti Hawa itu sekitar 100m. Lama-kelamaan makin pendek, kita ini umat Nabi Muhammad yang paling pendek, makin pendek makin mendekati tanah. Nabi Ibrahim itu sekitar 50 m. "Kamu udah liat kan gus jejak kaki Nabi Ibrahim di Maqom Ibrahim?" Udah pak jawabku, tapi itu kayaknya seukuran kita deh.  "ee beda, lebih besar kaki nabi Ibrohim". Iya ya pak. Mendengar itu aku terdiam sambil otakku saling kait-mengkaitkan akan satu hal.


Kota Jeddah

Kamipun parkir diseberang Shoping Center, namanya Chornis. Disini kami akan makan siang dan belanja oleh-oleh terakhir. Bagi yang mendapat pesanan untuk dibelikan kurma muda, beli disini saja. Siang itu cuaca Jeddah panas sekali. Aku sampai menutup hidungku dengan tisu saking keringnya udara disini. Sebelum belanja, kami akan makan siang dulu. Kalian tau kami makan siang dimana?

Kedai makan Wong Solo. Iya. Wong Solo. Di Shopping Cornis ini banyak juga restauran-restauran Indonesia yang buka dan digemari masyarakat sini. Sebut saja Bakso Pak... siapa gitu aku lupa. Bakso Bapak ini laris manis, disini. Semua berjala cepat menuju Wong Solo untuk makan siang dan menghindari panas. Kami diberi waktu yang agak lama disini, jadi bisa dengan tenang untuk melihat-lihat.

Makan siang di Wong Solo.

Masih ada satu item lagi yang harus kubeli, yaitu kurma muda. Aku mengikuti Pak Rusadi yng kebetulan juga ingin beli kurma tersebut. Gilee harganya mahal sekali. Untung Pak Rusadi jago nawar,  akhirnya harga yang kami dapatkan gak jauh beda dengan harga kurma muda di Madinah. Thank you Pak..

Puas berbelanja, riyal pun sudah tak tersisa. Kami serombongan menuju bus untuk berangkat ke bandara. Disini kami berpisah dengan pak Ust.Arifin. Rumah beliau disini. Yaa sedih juga rasanya harus berpisah dengan pak Ust.Arifin dkk. Jadi benar-benar hanya rombongan kami saja di bus. Pak Zai pun mengambil alih microfon dan mengajak kami yang di bus untuk bercanda. Ada saja bahan becandaan Pak Zai. Yaa walau beberapa kali aku gak nyambung ya sama becandaanya. Maklum beda generasi. hehehehe..

Sekitar setengah jam menuju satu jam perjalanan, kami tiba di bandara. Bandaranya luas sekali. Ini bandara terluas yang pernah kudatangi. Untuk rombongan haji dan umroh, dibedakan dengan bandara komersil lainnya. Jadi kami pun bergerak ke bagian bandara hajji. Tampak tenda-tenda besar didepan menyambut kami. Ini adalah bandaranya. Wuaaaw.. sepi,, pasti kalau lagi musim haji ramai disini.

Bandara Jeddah

Bandara di Jeddah

Kami tiba dibandara ini sangat awal. Kami tiba sebelum ashar, sedangkan pesawat kami terbang pukul 23.30 malam. Jadi ya menunggu saja di bandara. Sebagian rombongan sudah tampak lelah, makanya ada yang tertidur, ada yang melamun ya masing-masing. Aku sendiri entah kenapa merasa gak enak badan. Bersin terus begitu sampai bandara. Sepertinya aku kena flu. Bersyukur juga flunya datang saat udah selesai. Jadi karena aku flu, aku kebanyakan diam dan tidur saat menunggu pesawat. Begitupun ketika didalam pesawat, awalnya aku mau jalan-jalan lagi kan kayak pas kemari, yang ada, begitu sampai langsung tidur. Perjalanan udara selama 8 jam, tak terasa sama sekali.

Ruang Check in Bendara

Ruang Imigrasi

Alhamdulillah, begitulah beberapa pengalaman umroh ku, aku bersyukur bisa berkesempatan menunaikan ibadah umroh ini, walau sendirian, aku gak merasa sepi. Aku dipertemukan dengan orang tua baru, keluarga baru yang saling menjaga satu sama lain, saling menguatkan satu sama lain ketika yang lain sedang down, saling mengingatkan, saling tolong menolong, dan saling mengajak kepada kebaikan. Semoga aku bisa diberi kesempatan untuk kembali lagi ke tanah suci bersama istri ku kelak. Kalian juga ya. hehehehe..







Comments

Popular posts from this blog

Mari Mengenal Tanaman hias : Ruellia malacosperma, si Kencana ungu yang bisa hidup di mana aja. Kok bisa??

Mari Mengenal Tanaman hias : Turnera ulmifolia atau lebih akrab disebut kembang pukul 8. Looh, kok bisa?

REUNI DI SINGAPORE