Travel Wedding to Padang part 1
Seminggu bersama
“SANTAN”
Kali ini aku
berkesempatan untuk menginjakkan kakiku kembali di Provinsi Sumatera Barat,
tepatnya di kota Padang. Kali ini dalam rangka menghadiri pernikahan sahabat.
Jauh-jauh hari, bahkan beberapa bulan sebelum bulan Desember, Bang Bob sudah
meracuni aku dengan kota Padang.
“kalo Lubis ke
Padang, nanti aku ajak kemari-kemari-dan kemari,”
“Nanti di
Padang, Lubis harus nyobain ini dan ini”
Begitu lah
kalimat yang sehari-hari aku dengar dari mulut Bang Bob. Makanya segera setelah
mendapat undangan dengan label “Special Invitation” aku langsung membooking
pesawat untuk tanggal 1 Desember 2016. Jauh-jauh hari juga aku sudah sounding
ke atasan dan rekan sejawat kalo aku akan menghadiri pernikahan Bang Bob,
(supaya gak ada kerjaan dadakan). Alhamdulillah, sepertinya segala persiapanku
untuk ke Padang dilancarkan oleh Allah SWT. Secara tidak terduga aku mendapat
tiket gratis PP, mendapat akomodasi dari dorm ke bandara juga gratis. Hal ini
yang membuat aku semakin semangat untuk pergi kesana.
1 Desember
2016, pukul 06.00 WIB aku sudah bangun dan segera bersiap, setelah
sebelumnya packing ditemani anak OJT yang akan last day di ETD. Pukul 06.45 aku
dan Pak Edy Darmoyo berangkat ke bandara di Batam.Cuaca pagi itu gelap dan
hujan deras, sempat ngeri juga sih, takut gelombang tinggi dan angin kencang
yang mempengaruhi laju kapal speed dan pesawat, karena ini masih terlalu pagi,
aku belum sempat sarapan, jadinya aku putuskan untuk makan dibandara saja.
Setiba di bandara dan setelah melewati semua rangkaian check-in, kami tiba di
ruang tunggu, Pak Edy langsung mencari smooking area, sedangkan aku memilih
untuk sarapan disini. Di ruang tunggu ini, terdapat satu restauran cukup
ternama, aku putuskan untuk membeli sebuah kue dan air mineral untuk sarapan.
Saat melihat harga air mineralnya aku terkejut, karena ini adalah air mineral
termahal yang pernah aku beli. Sejauh ini air mineral termahal yang pernah aku
beli itu di Singapore, itupun masih ada rasa kewajaran dalam hati, tapi ini di
dalam negri sendiri harganya melebihi harga di Singapore, karena itu aku masih
menyimpan botol minum itu sampai sekarang.
Sampai di Minangkabau Internasional Airport.
Batam
dan Padang dapat ditempuh dalam waktu 1 jam, tidak terlalu lama, tetapi cukup
menyiksa untuk telinga. Sampai di bandara, Bang Bob sudah menanti kami. Muka
calon pengantin baru emang beda, ada raut senang dan deg-degan yang tampak
dimukanya. Kami tiba di Bandara Internasional Minangkabau pada pukul 12.00 WIB
bertepatan dengan waktunya makan siang. Langsung saja, atas request Pak Edy
kami meluncur ke pondok makan Pagi-Sore. Pondok Pagi-Sore ini terkenal di
kalangan para pesohor di Indonesia. Jika anda merasa diri anda terkenal, coba
cek lagi di pondok ini, apakah ada foto anda dipajang di pondok ini?
Bangunan
Pondok Pagi-Sore ini bagus, pemilik mempertahankan ke-otentikan bangunannya,
ukuran bangunan tidak terlalu besar, didominasi oleh warna hijau dan
perabotannya masih menggunakan perabot lama. Makanannya yang menurutku juara
dari pondok makan ini adalah Ayam Gorengnya. Walaupun ayam goreng tetaplah ayam
goreng diseluruh Indonesia, tetapi yang membuat ayam goreng ini enak adalah
“Krispi”. Dagingnya lembut, luarnya krispi, dalamnya lembut, bahkan kita bisa
makan sampai tulang-tulangnya looh.
Menu makanan yang dihidangkan di resto Pagi Sore
Suasana dalam restoran Pagi-Sore
Soal
harga, aku tidak tau karena saat itu ada pihak ketiga yang mentraktir kami.
Alhamdulillah. Usai makan, kami berpisah dengan Pak Edi Marta. Beliau dijemput
adiknya untuk diajak kerumah orangtuanya. Tinggal kami bertiga saja di mobil,
aku, Pak Edi dan Bang Bob. Suasana agak lebih cair saat itu. Bang Bob mengajak
kami untuk pergi ke Mesjid Raya Sumatera Barat. Mesjid yang dirancang oleh
Ridwan Kamil. Ada perasaan terharu saat aku menginjakkan kaki di mesjid ini
karena sudah lama aku ingin pergi ke mesjid ini. Sayangnya saat kami kesana,
mesjid masih dalam tahap renovasi, jadi tidak bisa menikmati keindahan mesjid
secara utuh. Aku pikir luarnya saja yang direnovasi, ternyata bagian dalamnya
juga terkena imbas dari proyek renovasi, jadi kami hanya bisa lihat-lihat
mesjid dari luar saja.
Berkunjung ke Mesjid Raya Sumateea Barat.
Suasana dalam mesjid yang lagi di renovasi
Dari
mesjid, kami menuju ke arah pantai Padang. Pantai ini memanjang sepanjang
jalanan kota Padang. Cantik sekali. Aku ingat waktu kecil, saat aku dan
keluargaku kesini, pemandangan pantai ini cantiiik sekali, airnya biru dan deru
ombak yang menenangkan. Ekspetasiku sudah seperti itu tentu, tetapi saat datang
kesana, gelombang laut sedang kuat, sehingga membawa material lumpur ke pantai,
airnya jadi tidak biru lagi deh. Perubahan yang paling terlihat dari pantai ini
adalah tertibnya bangunan pedagang-pedagang yang jualan di bibir pantai.
Sekarang PKL di pindahkan ke sisi jalan, sehingga tidak mengganggu pemandangan
penduduk ke arah pantai. View pantainya menjadi gratis. That’s it. Memang
seharusnya seperti ini. Penduduk bebas menikmati pemandangan pantai secara
gratis kapanpun mereka mau. Di pantai ini ada dua objek wisata yang menjadi
andalan yaitu monumen perdamaian yang diresmikan oleh Jokowi dan signage
tulisan “PADANG”.
Narsis dulu di depan tugu perdamaian
Kalo lasak-lasak disini aja tempatnya.
Jam
menunjukkan pukul 15.00 WIB, bang Bob ada kegiatan lain pada pukul 16.00 WIB,
jadinya kami sepakat untuk menyudahi perjalanan ini. Setelah mengantar Pak Edi
ke hotel, ternyata aku diajak bang Bob ke rumah calon istinya kak Tity untuk
mengambil barang-barang keperluan lamaran. Hehehe,, agak kagok juga sih tapi
ini bukan kali pertama aku jadi pendamping pengantin pria, jadi woles aja. Setelah
mengambil barang-barang keperluan, aku akhirnya diajak kerumah Bang Bob. Selama
disini, aku akan lebih banyak menginap dirumah ini. Gak ganggu? Enggak dong,
karena proses pernikahan kali ini di rumah perempuan, jadi rumah Bang Bob sepi.
Hanya ada kedua orangtuanya.
Rata-rata bangunan pemerintahan dan kantor memiliki model atap yang seperti ini. Unik deh. ini adalah bagunan Bank Indonesia Sumatera Barat.
Calon penganten pria masih sibuk mempersiapkan mahar.
Malam
harinya, ada acara malam bainai. Acara yang diselenggarakan oleh calon mempelai
wanita itu dibuat untuk memberi support moril dan doa kepada mempelai wanita.
Jadi, kesepuluh jari mempelai wanita akan dikasih inai oleh sepuluh orang
terpilih bisa dari keluarga ataupun sahabat. Walaupun ini acara mempelai
wanita, pihak laki-laki tetap diundang sebagai rasa hormat. Diacara ini juga
terjadi perkenalan antara keluarga besar.
Malam Bainai
Foto bersama dulu setelah prosesi malam Bainai selesai. Pengantenya masih jauh-jauhan fotonya.
2 Desember
2016, It’s a day!. Pagi-pagi aku sudah bangun dan sudah bersiap.
Akad dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB. Hal unik yang kutemukan adalah,
ternyata pihak mempelai wanita akan datang menjemput pengantin pria sambil
membawa baju yang akan dipakai pada hari itu dan beberapa perlengkapan lainnya.
Dresscodenya hari ini putih. Setelah rombongan keluarga pengantin wanita datang
membawa perlengkapan, kami semua beranjak pergi kerumah pengantin wanita untuk
melihat secara langsung proses akad nikah. Pengantin pria ikut dengan rombongan
keluarga pengantin wanita, keluarga pengantin pria mengikuti dari belakang.
Rombongan keluarga wanita datang menjemput.
Ini niih calon pengantenya, bentar lagi sah.
Proses
akad berlangsun dengan khidmat dan penuh haru. Ijab Qabul diucap dan sah dalam
satu kali percobaan. Semua orang tampak bahagia dan berdoa yang terbaik untuk
kedua mempelai, Bang Bob dan ka Thity.
Alhamdulillah, SAH!!
Oh ya diacara
ini, tentu disuguhkan makanan-makanan pernikahan kan. Nah sebelumnya Haris
temen di dorm yang asli orang BukitTinggi, pernah bilang ke aku untuk mencobain
Soto Padang. Nah aku sudah bilang tuh ke Bang Bob, dimana aku bisa nyobain.
Bang Bob bilang diacara ini ada Soto Padang kok. Makanya waktu soto Padang
keluar, aku segera mencicipi dan rasanya enaaak bangeet. Kalian harus nyobain
ya kalo main ke Padang.
Soto Padang. Enaaak. :P
Sorenya, aku
baru tau kalau bang Bob dan kak Thity ada sesi pemotretan di pantai. Wuidiih
gaul abis deh pasangan ini. Aku ikut saja, sambil bantu-bantu megang gaun ya
kaan. Mereka akan melakukan photoshot di daerah Pantai Pasir Jambak, Pantainya
sih biasa aja, Gak seindah pantai di Bintan lah ya, tapi yang indahnya itu
adalah hutan pinus yang tumbuh di dekat bibir pantai, Instagramable lah. Nah
kalo kita melihat ke arah belakang pantai, kita bisa melihatan pemandangan
gunung, sawah dan kolam ikan yang cantiiik banget. Udah lama aku gak liat
pemandangan seperti itu. Terakhir kali liat waktu mudik lebaran lalu di kampung
papa.
Pemandangan belakang Pantai Pasir Jambak
Penganten Gaul.
Tebak ini siapa?
3 Desember
2016, Hari Resepsi. Malam kemarin Bang Bob masih tidur dirumahnya.
Aku sempat heran, kenapa dia tidak tidur serumah dengan istrinya, katanya
memang begitu ada disini. Sekali lagi aku mendapat pengalaman baru. Kegiatan
pagi masih sama dengan pagi kemarin. Pihak keluarga pengantin wanita akan
datang menjemput dan membawa perlengkapan yang akan dikenakan dan digunakan
oleh pengantin pria. Ternyata yang beda dipagi ini adalah akan ada prosesi
pemberina gelar bagi pengantin pria. Aku sendiri tidak sadar ada acara itu,
sehari sebelumnya Bang Bob udah bilang sih, makanya aku duduk di dekat ruang
kumpul untuk melihat proses pemberian gelarnya. Ternyata proses pemberina gelar
disini tidak melibatkan kedua mempelai, hanya para mamak atau tetua-tetua saja
yang berembuk. Aku saja tidak sadar, tau-tau sudah ada saja gelar bang Bob,
RAJO BUNGSU.
Rajo Bungsu.
Setelah
rangkaian acara pagi selesai, waktunya party!! Resepsi pernikahan berlangsung
meriah dan ramai. Apalagi memasuki jam makan siang, wuiiih ramai sekali yang
datang dan hendak berfoto bersama kedua mempelai sembari mengucapkan doa.
Mau masuk ke pelaminan, harus siap-siap dulu
Swafoto bersama pengantin baru, semoge segera ketular. Aaamiin
Aku
yang nungguin dari pagi terkantuk-kantuk di tempat duduk. Untuk menghilangkan
kantuk ya apalagi kalo gak icip-icip makanan. Ada sate, nasi, es timun dll,
semuanya enaaak dan bersantan. Haduuh bakalan gendut deh aku ini kalo lama-lama
di kota ini. Oh ya, di acara ini juga ada atraksi tari pecah piringnya juga,
Ini dia, tari Pecah piring
Itu yang bajunya lain sendiri, cepatn nyusul yaa. hehehehe.
Karangan bunga jauh-jauh di order dari Lagoi broo.
Pukul 16.00
WIB mama dan papa bang Bob ngajakin balik kerumah. Malam ini Bang Bob akan
tidur serumah dengan istrinya, gak mungkin aku ganggu kaan. Hehehehe. Dirumah
orang tua Bang Bob ada kakak dan abang iparnya, jadi karena mereka kasihan
melihat aku yang tak tentu arah ini, malamnya aku diajakin deh kulineran malam
di kota Padang. Malam ini aku untuk pertama kalinyana nyobain minuman Kopi
Milo. Katanya sih ini minuman khas tongkrongan muda-mudi Padang. Sebenarnya aku
gak terlalu suka kopi, karena penasaran makanya aku paksain nyobain. Sensasinya
lucu deh. Aromanya, aroma kopi, tetapi rasanya rasa milo jadi menurutku ini
enak. Hehehe. Lanjut lagi, kami ke cafe
didaerah Kinol sekalian nobar Indonesia vs Vietnam. Kafenya keren deh dan asik
juga buat nongkrong. Sepenglihatanku, kota Padang ini banyak bermunculan
kafe-kafe yang instagramble deh.
ini dia kedai Kopmilnya,, Kopmil (kopi-Milo)
Salah satu sudut ruang di restauran Kinol Cafe dan makanannya.
*masih ada sambungannya loh. ditunggu yaa.
Ngak sabar nunggu kelanjutannya..keren jurnalis banget
ReplyDelete