MERAWAT TAMAN SAAT PANDEMI
Menuju dua tahun berlalu saat pandemi Covid-19 muncul pertama kali di Bumi. Sudah hampir dua tahun juga kita, yang bertahan, beradaptasi dalam menjalani hari. Ada yang mulus-mulus saja, ada yang terseok, terjungkal, dan kemudian bangkit lagi. Semua sektor pekerjaan pun beradaptasi, mencari gaya bekerja baru yang bisa sejalan dengan kondisi pandemi ini.
Hal yang sama
dirasakan oleh pekerja taman, terutama divisi perawatan. Mengalami perubahan
besar dalam pekerjaan. Hal yang sulit adalah menjaga kondisi taman tetap terjaga
asri dalam keterbatasan alat, bahan dan tenaga. Setidaknya, lewat 5 langkah
adaptasi inilah, aku berjalan merawat taman selama pandemi ini.
1. Pengurangan tenaga kerja.
Pengurangan tenaga kerja tentu tidak bisa dihindari begitu pandemi ini muncul. Awalnya anggota yang merawat taman seluas ini berjumlah 30 orang. Sejak pandemi hingga kini, anggota yang masih dipertahankan berjumlah 11 orang. Sebelas orang adalah jumlah kunci yang aku tawarkan ke manajemen setelah mengevaluasi kembali kebutuhan, luas area yang akan dirawat, jenis pekerjaan perawatan dan skill dari anggota yang bertahan. Tidak bisa kurang, lebih boleh. Aku beruntung, sebelas orang ini adalah anggota yang sudah ahli dibidangnya masing-masing and they owning their job.
2. Ceklist skala prioritas dan lembar monitoring.
Pekerjaan yang semula dikerjakan oleh 30 orang, lalu berubah hanya dikerjakan oleh 11 orang saja. Coba bayangkan! Untuk mengakalinya, aku membuat Ceklist skala prioritas dan lembar monitoring dalam pengerjaan sehari-hari. Fungsi dari lembar monitoring adalah untuk memantau area kerja mana yang sudah dilakukan perawatan atau belum dalam sebulan. Tenaga kerja di lapangan tidak sebanding dengan luas pekerjaan, jadi dengan kehadiran lembar monitoring ini sangat membantu pengawasan. Ceklist skala prioritas dibuat untuk menampung permintaan kerja dan mengurutkannya berdasarkan kegentingan pekerjaan. Urutannya fluktuatif, kadang kerja A diurutan atas, besok-besok bisa pindah posisi di urutan ketiga. Sering terjadi. Makanya aku buat istilah "antree yaa" untuk beberapa pekerjaan/permintaan pekerjaan yang baru masuk. Aku beruntung pernah mendapatkan training Supervisor Skill dari perusahaan. Salah satu yang diajarkan di dalam training tersebut adalah membuat Skala Prioritas dan itu berguna sekali.
3.Cermat memilih tanaman
Sebelum pandemi, aku sering melakukan trial and error dalam menentukan tanaman di suatu site. Walau sudah dipelajari semasa kuliah dulu, tetap saja, butuh praktek dilapangan untuk memilih tanaman yang tepat. Apalagi setiap site memiliki karakter yang berbeda-beda. Dengan memanfaatkan pengetahuan yang didapat selama periode trial and error tersebut, memilih tanaman yang tepat adalah solusi jitu dalam mengurangi beban kerja perawatan taman.
Tanaman yang tepat akan mengurangi beban kerja perawatan taman seperti: penyiraman, pendagiran, penyiangan gulma, pemangkasanan, dan penyemprotan insektisida. Belakangan aku sadar, aku kembali menggunakan tanaman lokal disini sebelumnya sering aku acuhkan. Aku kembali menggunakan mereka karena ketahanannya terhadap lingkungan sini. Dihajar kemarau panjang ia tak mati, diterpa musim hujan ia tak membusuk. Aku hanya perlu menggunakan kreatifitasku untuk menatanya menjadi cantik saat ditanam.
4. Apresiasi Tenaga Kerja
Mendelegasikan pekerjaan 3 orang kepada 1 orang, dan dia mampu mengerjakannya! Rasa terima kasih tidaklah cukup untuk diucapkan kepadanya. Aku rasa, ucapan "Maaf, Tolong, dan Terima Kasih" perlu diucapkan kepada tenaga harian dilapangan sesuai dengan kondisi yang berlaku. Tidak perlu gengsi, karena kita bekerja dengan manusia, mahkluk emosional. Sering sekali, aku mendapat permintaan pekerjaan dadakan diluar jadwal rutin yang telah kutetapkan kepada mereka. Hal ini membuat ku tak nyaman kepada mereka karena harus merubah kegiatan rutin secara tiba-tiba. Ucapan kata maaf dan tolong sering menjadi penyelamatku kepada mereka, karena harus pindah lokasi kerja, dan pindah pekerjaan. Setidaknya setelah meminta maaf dan minta tolong, mereka balas dengan senyuman dan berkata "Iya pak, gpp". Lega rasanya. Tak lupa, akhiri dengan ucapan terima kasih karena telah menurut, tidak banyak pertanyaan atau membangkang dan melaksanakan pekerjaan dadakan tersebut sampai tuntas.
5. Komunikasi dengan Atasan.
Berada di middle management membuat kita menerima semua harapan para petinggi, sekaligus sadar kalau semuanya tidak bisa terwujud karena kondisi dilapangan. Langsung membantah harapan tersebut? tidak etis, jadi? Komunikasikan saja. Jelaskan kalau harapannya tidak bisa 100% terwujud nyata, jelaskan kondisi nyata dilapangan, sertakan data dan fakta kepadanya dan berikan pilihan rasional lain yang mendekati harapannya. Sembari mengingatkan kalau ini masih pandemi. Terkadang, atasan juga sering lupa, kalau ini masih pandemi. Mereka ingin kondisi taman itu seperti sebelum pandemi tapi dengan budget pandemi. Ingatkan kembali mereka efek pandemi membuat operasional dilapang tentu berbeda jauh sebelum pandemi. Kalau atasan masih bersikeras, yasudah, lakukan saja apa katanya. Toh nanti kalau hasil tidak seperti harapannya, kita sudah memberitahukannya di awal.
Itulah lima
langkah yang efektif (menurutku) dalam menghadapi pandemi ini. Terutama dalam
perawatan taman. Semoga kita semua tetap sehat, kreatif dan inovatif dalam menghadapi pandemi ini. Semoga kita semakin dekat dengan kesuksesan
kita masing-masing. Dan yang terpenting, semoga pandemi ini cepat berlalu.
Comments
Post a Comment