Q n A
Assalamualaikum wr.wb.. Waduuuh lewat jauh ya dari jadwal yang saya janjikan. Tulisannya sudah selesai sejak 2 minggu lalu, namun untuk menguploadnya terkendala karena beberapa hal. Mohon maaf yaa..
Bagi yang baru baca.. Silahkan baca dulu ya tiga cerita sebelum ini.. Cerita di perjalanan, di Madinah dan di Mekkah.
Baiklah, ini dia pertanyaan dan jawabannya.. :)
Q : Kok
kepikiran untuk umroh?
A
: Saat ditanya pertanyaan ini, ada beberapa jawaban yang muncul di kepala.
seperti :
1.
Memenuhi janji pada diri sendiri,
Sepertinya
pada tahun 2016, aku pernah berazam pada diriku sendiri. Saat aku resign
darikantor ini, sebelum mendapatkan kerja di tempat lain, aku harus pergi umroh
dulu.
Begitulah,
saat Mei 2017 aku memutuskan resign dari tempat kerjaku pertama yang ada di
Lagoi. Mulai dari situ lah aku berusaha mencari lokasi kerja baru. (Alhamdulillah
saat tulisan ini tayang, sudah mendapatkan pekerjaan). Pada saat sesudah
resign, ada satu dua perusahaan yang buka lowongan dan sudah pada tahap
wawancara, tetapi belum ketemu jodohnya. Pun juga ada tawaran kerja di Bali,
lokasi kerja yang dahulu aku dambakan. Lokasi kerja yang selalu aku panjatkan
dalam setiap doa. Namun, sepertinya Bali belum berjodoh padaku. Ibuku tak
merestui aku untuk mencari nafkah disana.
Aku
ingat sekarang, suatu siang menuju sore, saat aku masih berstatus sebagai
mahasiswa, saat aku berjalan di sekitar
GGW dari arah ATM BNI, aku sempat bilang ke teman seperjalanan, kayaknya uang
PPA yang tersisa ini mau gue tabung buat umroh aja deh. Temenku hanya tertawa,
karena pada saat ini kami sering berkhayal membuat skenario-skenario lucu untuk
kami nikmati sendiri. Tetapi aku serius, walau dananya masih sedikit, mulai
dari situ "pergi ke tanah suci" tidak pernah lepas dari doa
sehari-hariku.
2.
Kiamat sudah dekat
Sebagai
seorang muslim, aku percaya akan hadirnya hari Kiamat. Bukankah mempercayai hari
akhir adalah salah satu rukun iman dalam agama Islam? Sudah banyak tanda-tanda
kiamat akan terjadi. Baik itu kiamat kecil atau kiamat besar. Semuanya sudah
keliatan, aku gak mau berkelit kalau itu semua adalah fenomena alam lah, hal
yang biasalah. Masih lama lah. Cukup, aku gak mau membohongi hati dan
pikiranku. Fenomena alam tersebut memang bisa dijelaskan secara ilmiah, tapi
kita jangan lupa bukankah semua "fenomena alam" didunia itu tercipta
atas kehendak-NYA? Bukanlah seluruh alam raya ini juga bertasbih kepada-NYA?.
Selain itu aku merasa pahalaku kurang cukup, aku takut aku belum pernah
menginjakkan kaki diantara 3 mesjid yang harus diupayakan untuk datang kesana,
yaitu mesjidil haram, mesjid nabawi, dan mesjid al-Aqsa, saat aku telah mati
kelak. Aku gak mau, makanya ketika niatan itu sudah ada, aku berusaha
mengumpulkan uang, pelan-pelan hingga akhirnya cukup. Nah, sekarang sudah
cukup, tidak ada alasan lain padaku untuk menunda-nunda. Kiamat sudah dekat. Salah
satu tanda hari akhir akan tiba yang kuketahui dan kupelajari sewaktu mengaji
dulu adalah, daratan Arab menjadi hijau ditumbuhi oleh pepohonan,
Waktu
kecil, waktu belajar tanda-tanda kiamat, aku berpikirnya, masa sih tanah Arab
yang tandus itu bakalan ditumbuhi tanaman? panas begitu, gak mungkinlah,
pikirku saat itu. Tapi setelah aku kesana, tanda-tanda itu benar. Di Madinah
dan Mekkah sudah banyak ditumbuhi tanaman, bukan hanya pohon kurma saja, tetapi
tanaman hias juga. Buktinya di jalan-jalan kota Madinah dan Mekkah dipulau
jalannya sudah ditanami rumput, pohon rindang dan bunga-bunga warna-warni
menghiasi jalanan kota. Suasana rimbun juga sangat keliatan saat kita melihat,
lanskap kota Mekkah diatas Jabal Rahmah. Kota Mekkah sudah banyak ditumbuhi
pohon-pohon hijau.
3.
Hati dan ingat dosa.
Sejak
tahun 2016 mulai, sepanjang tahun itu ada beberapa momentum dimana hatiku
berkata "umroh,, umroh.". Saat lagi dijalan misalnya, entah lagi
ngapain kek, dibeberapa waktu di tahun
itu, hati ini berkata seperti demikian. Saat itu tabunganku masih belum cukup,
jadi hasrat itu aku tahan. Lalu di tahun 2016 juga, aku mengalami beberapa kali
pergolakan batin. merasakan kekecewaan yang cukup dalam, asiik.. hahaha..
semacam itulah.
Trus
juga suka tiba-tiba ngerasa sedih sendiri lah. Waktu tidur mimpinya nangis lah
dan beberapa kondisi lain, lebih ke pergolakan batin sih. Hati gak tenang.
Untuk itu dimulai tahun 2016 aku mulai memaksakan diri menambah ibadah-ibadah
sunah yang ringan-ringan yang bisa aku lakukan. Lalu saat sudah resign, saat sedang mencari
kerjaan baru, tiba-tiba keingat lagi akan janji di poin 1. Desakan di hati
untuk umroh semakin hari, semakin menguat. Umroh.. umroh.. Umroh.. Aku harus
umroh.." Begitu terus yang aku rasakan. Saat Nenek dan Bou ku pulang dari
ibadah haji, dorongan untuk ketanah suci semakin kuat.
Aku
juga suka keingat-ingat beberapa dosa yang pernah dilakukan, perlakuanku yang buruk
suka flasback lagi di ingatan. Jadinya ingin minta ampun sama Allah langsung di
rumah Allah. Begitu lah kira-kira alasannya. Jadinya, semakin mantap hati ini buat
berangkat saat melihat rekening tabungan sudah cukup untuk melaksanakan ibadah.
4.
Dana sudah ada.
Di
suatu malam, saat mendengar salah satu tausiah dari seorang Ustadz di mesjid.
Aku kembali ingat pada niatan yang diawal. Saat itu aku sadar, tabunganku sudah
cukup untuk melakukan perjalanan ke tanah suci. Dengan jumlah tabunganku itu,
aku sudah dikategorikan mampu untuk melakukan salah satu diantara dua ibadah
sunah, yaitu menikah atau umroh. Aku pun sempat mendapat keraguan, ibadah mana
yang harus aku lakukan. Pada titik itu, ibadah umroh adalah ibadah yang paling
mendekati untuk bisa aku lakukan. Belum adanya calon mempelai wanita membuat
aku tidak bisa menikah pada tahun ini. Kenapa gak ditabung aja untuk nikah? Aku
percara Allah akan menggantikan atau memberikan aku rejeki yang lebih lagi saat
aku akan menikah nanti.
Q : Habis berapa
biaya untuk umroh?
A
: Sedikit lebih banyak dari harga minimum umroh yang telah ditetapkan oleh
pemeritah. Ini penting untuk diketahui, pemerintah sudah menetapkan biaya
mininum untuk umroh. Nah biasanya disetiap daerah, harga minimumnya juga
berbeda-beda, semakin jauh daerah tempat tinggal kita dengan bandara
internasional yang melayani rute haji, biasanya harga umrohnya juga akan
sedikit lebih mahal.
Q : Dana pribadi
atau gimana gus?
A
: Alhamdulillah full dana pribadi
Q : Wuih, hebat
kali gus, baru kerja dua tahun di Bintan udah bisa berangkat.
A
: Alhamdulillah, tapi gak gitu juga. Jadi tabungan ini memang sengaja aku
siapkan sejak aku duduk dibangku kuliah dulu. Jadi waktu kuliah dulu, aku
mendapatkan beasiswa PPA. Sebuah beasiswa untuk mahasiswa yang IPKnya diatas 3.
Beasiswa yang berhasil aku dapatkan sejak semester 4 hingga lulus. Beasiswa PPA
sebenarnya bukanlah beasiswa yang bergengsi dikalangan mahasiswa IPB, kalah
saing lah sama beasiswa Tanoto, Djarum, dll, tetapi bukan beasiswa yang
dipandang sebelah mata juga, setiap tahun banyak mahasiswa yang berlomba-lomba
daftar beasiswa ini walaupun pencarian dana beasiswa ini kerap dirapel per tiga
bulan. Walau sudah memperoleh beasiswa, aku masih bergantung pada kiriman
ayahku setiap bulannya. Saat mahasiswa, aku memiliki dua rekening, satu untuk
keperluan sehari-hari, satu lagi untuk tabungan. Jadi setiap sisa uang baik itu
uang bulanan dari ayah ataupun beasiswa,
aku masukkan ke rekening tabungan. Saat aku kerja di Bintan, aku memiliki tiga
rekening tabungan. Rekening untuk keperluan sehari-hari, hobi, dan jangka
panjang. Rasionya adalah 50% dari penghasilan aku gunakan untuk sehari-hari,
25% untuk hobi, 25% untuk jangka panjang. Nah ibadah umroh ini kumasukkan dalam
tabungan jangka panjang bersama dengan dana dari tabungan uang bulanan dan beasiswa
saat kuliah dulu.
Q : Kenapa pilih
Amanah Travel gus?
A
: Begini, Sesaat niat, pada pertengahan September aku mulai browsing-browsing
travel yang menyediakan perjalanan umroh yang ada di kota Medan. Aku pun mulai mendatangi beberapa kantor
agen travel yang ada di Medan. Mulai dari yang dikenal sama orang tuaku sampai
yang orangtuaku gak tau. Dari beberapa travel yang kudatangi, semuanya mematok
harga dan fasilitas yang hampir sama. Para pihak travel ini juga menyarakanku
untuk mengecek keabsahan travel mereka di web kementrian agama agar aku yakin
pada travel mereka. Mungkin mereka takut akan seperti kasus First Travel,
hampir semua travel menyaranku untuk melakukan hal tersebut, untuk tidak mudah
tergiur dengan iming-iming harga murah.
Ada
4 travel yang kudatangi, yaitu Multazam, Abu Tours, Al-Muchtar dan Amanah.
semua travel ini adalah travel yang terdaftar di kementrian agama. Hal yang
menjadi dasar pertimbanganku adalah masalah harga, waktu keberangkatan,
fasilitas dan kuota jemaah. Travel pertama yang kudatangi adalah Multazam,
travel tempat orang tuaku naik haji dulu. Lokasinya cukup dekat dari rumah ku.
Setelah tanya-tanya, Multazam memenuhi semua kriteriaku. Tapi aku masih ingin
membandingkan dengan yang lain. Beberapa hari kemudian, aku kembali mencari
kantor-kantor travel lain. Kantor kedua yang kudatangi adalah Abo Tours. Harga
Ok, tetapi waktu keberangkatan enggak Ok Kantor ketiga Al-Muchtar, di jalan
Sisimangaraja. Harga Ok, tetapi waktu keberangkatan enggak Ok, fasilitas juga
Ok. Sempat mau milih ini aja, walau dijadwalkan akan berangkat Januari. Liat di
google maps, disepanjang jalan Sisimangaraja ini ada beberap travel lain. Aku
pun memutuskan untuk mencari lagi sekalian pulang. Awalnya aku mau mencari
travel Siar, tapi gak ketemu-ketemu, yang keliatan malah Amanah, yasudah aku
masuk saja buat tanya-tanya. Nah dari penjelasan Kak Linda, semua yang aku
inginkan ada di travel ini. Harga Ok, waktu berangkat bisa pada bulan desember,
fasilitas ok, malah lebih sudah include dengan suntik meningitis, berbeda
dengan Multazam, kuota jemaahnya juga sedikit. Ada beberap opsi tanggal
keberangkatan, aku memutuskan untuk daftar di tanggal yang kuota jamaahnya
hanya 30 orang, biar tidak terlalu ramai.
Pertengahan
September aku segera mendaftar dan membayar Dp sebesar 10 juta, sengaja aku
segera lakukan, agar aku terhindar dari penyakit keragu-raguan. Awal Oktober
aku melunasi pembiayaan dan mendapatkan pakaian Ihram, kain batik untuk
seragam, buku saku, koper, tas kabin, dan tas kecil. Fasilitas yang aku
dapatkan dari Amanah Travel ini adalah tikep PP (Medan-Madinah, Jeddah-Medan),
Hotel, Makan 3x sehari, transport selama disana, city tour Madinah dan Mekkah,
suntik meningitis, pembuatan visa, air zam-zam 5L dan juga pembimbing ibadah
selama disana. Jadi istilahnya, aku hanya perlu membawa badan aja. Itulah kisah
perjodohannku dengan PT.Amanah Travel.
Q : Persiapannya
apa aja?
A
: Karena semuanya sudah diurus oleh Amanah Travel, jadi aku hanya perlu
mempersiapkan barang-barang pribadi yang akan dibawa. Aku mengikuti paket umroh
yang 10 hari, jadinya aku bawa 3 baju kaos untuk di hotel (kebanyakan, 2 aja
cukup), 4 baju koko untuk dipakai ke mesjid (dua di Madinah dua di Mekkah),
kain ihram, 2 celana panjang untuk sholat, 2 celana panjang kaos untuk di hotel,
handuk kecil (tentative, aku bawa, tapi gak dipake), Peralatan mandi, sendal,
sepatu, sarung (gak dipakai). Obat-obat pribadi, Botol minum, Tisu basah (gak
dipakai), Peci, Pelembap bibir Nivea (ini berguna sekali). Sepertinya itu saja.
Ternyata barang bawaan ku ini tergolong banyak dibandingkan sama jemaah lain.
Jemaah lain sedikit sekali barang bawaannya, kopernya sisa space banyak untuk
dimasukin oleh-oleh.
Hal
penting yang harus dilakukan sebelum kesana adalah mencari tau kondisi cuaca
disana. Aku beruntung punya teman kuliah yang sempat tinggal di Arab Saudi,
jadi dia sudah hapal jadwal musim disana. Dari dialah aku tau, kalo bulan
Desember disana sudah memasuki musim dingin. Hal yang sama diungkapkan Trevy
dan Junom, temen kuliahku, yang berangkat umroh juga di bulan November akhir.
Trevy lah yang menyarankan aku untuk membawa Nivea itu, kalau gak diingatkan
bisa pecah-pecah deh ini bibir. Terima Kasih Luti, Trevy dan Junom.
Q : Berani ya
pergi sendiri, gak takut?
A
: Enggak. Selama niat kita baik, kenapa harus takut. Lagipula ini kita akan
pergi memenuhi pangigilan Allah, bertamu ke rumah Allah. Insha Allah akan
dijaga dengan baik oleh Allah. Dan keyakinanku benar. Alhamdulillah aku
mendapatkan rekan seperjalanan yang baik-baik. Walau aku menjadi jemaah paling
muda didalam rombongan, rasanya biasa aja. Selama kita tahu patokan posisi
hotel dan mendengarkan arahan pak Ust. Arifin dengan baik, insha allah
baik-baik saja.
Paling muda diantara yang lain. :)
Q : Pengalaman
apa nih yang tidak ada dihalaman blog sebelumnya?
A
: Apa ya. Culture Shock, dan Adaptasi dengan cuaca. Bulan Desember di tanah
suci sudah memasuki musim dingin. Jadi cuaca di Madinah dan Mekkah sedang
dingin-dinginnya. Dinginnya tidak sampai menimbulkan salju ketika itu.
Dinginnya seperti dingin di daerah puncak, tetapi berangin. Awalnya sih aku
berpikir aku akan kuat, karena suka dengan suhu dingin. Tetapi enggak,
dinginnya sakit. Dinginnya bercampur dengan angin, jadi sangat terasa sakit di
hidung. Apalagi kalau sudah mulai Maghrib sampai Subuh, dingin sekali. Rongga
hidungku terasa kering dan perih. Makanya aku sering memakai jaket, kaos kaki
dan masker bila harus keluar hotel diwaktu Maghrib-Subuh. Suhu kembali nyaman
itu selepas jam 09.00. Oh iya, cuaca di Madinah itu lebih dingin dari pada di
Mekkah.
Melawan hawa dingin. Masker dan kaos kaki gak boloh ketinggalan
Q : Culture
Shocknya seperti apa?
A
: Jika di Indonesia jemaah yang kemesjid saat subuh dan isya itu sedikit,
disini beda. Saat Subuh ramai sekali. Di Madinah, setiap toko akan menutup
tokonya sebelum azan berkumandang. Jadi saat azan semua toko sudah benar-benar
tutup, dan kembali buka saat semua sudah selesai melaksanakan ibadah sholat
secara berjamaah.
Lalu
di Mesjid Nabawi, setiap hari Senin dan hari Kamis ada kebiasaan, buka puasa senin
kamis secara bersama-sama. Siapa saja yang mau membawakan makanan dan minuman
untuk jemaah yang berpuasa, diijinkan menggelar karpet didalam mesjid sebagai
alas makan. Para donatur ini juga lah yang harus membersihkan makanan yang
mereka bawa. Para donatur ini juga yang menghidangkan makanannya. Makanannya iu
ada roti gandum, kurma, dan roti tepung (kayak adonan pizza). MInumnya teh
panas. Siapa saja boleh makan, gak harus yang berpuasa. Malah para donaturnya
suka menawar-nawarin ke jemaah. Gak usah berebut, karena donaturnya banyak jadi
tinggal pilih aja. Akupun tentu gak mau ketinggalan, usai sholat Maghrib, lirik
kanan-kiri, lalu merapat dan masuk ke kelompok yang sedang makan.
Infak
dan sedekah. Jika mesjid-mesjid di Indonesia menyediakan kotak Infak. Di Mesjid
Nabawi dan Masjidil Haram, jangan berharap ada kotak infaknya. Kalau ingin
berinfak, berikan saja infak itu kepada petugas-petugas kebersihan yang
berseliweran didalam ataupun diluar mesjid. Jangan malu, petugasnya sudah
terbiasa kok dan mereka menerima dengan senang. Caranya deketin petugasnya,
lalu ucapkan salam dan salamin tangannya, persis seperti memberi salam tempel.
Memberi infak dan sedekah ke petugas kebersihan di mesjid, lebih baik daripada
harus memberi kepada pengemis yang ada di depan setiap hotel, karena uang kita
beri itu akan mereka pakai untuk membeli cemilankan, cemilannya menjadi
tambahan energi bagi mereka untuk merawat mesjid. Oh ya, selain pengemis yang
ada didepan seiap hotel. Ada model pengemis lain disini. Kebanyakan mereka
mengaku sebagai mahasiswa yang lagi belajar disini dan minta bantuan kita untuk
biaya kuliahnya, ada lagi yang mengaku meminta bantuan uang kita untuk bekal
perjalanan umroh mereka naik taksi. Saat aku tanya ke pak Ust, beliau
menyarankan gak usah dikasih, cuekin aja, lebih bermanfaat diberi kepetugas
mesjid.
Sholat
Jenazah. Baik di Mesjid Nabawi dan Masjidil Haram, melakukan sholat jenazah
usai sholat fardu. Jadi jangan pulang dulu begitu selesai sholat. Duduk dulu
sebentar, nanti ada pengumuman. Selama aku disana, hanya dua kali aku tidak
ikut sholat jenazah karena tidak ada jenazahnya.
Zikir.
Biasanya di Indonesia, setiap selesai sholat kita zikir dan doa bersama
dipimpin imamkan. Nah beda, disana usai sholat jemaah yang sholat jenazah,
setelahnya ya selesai. Silahkan berzikir, baca Al-Quran sendiri-sendiri.
Toilet.
Selain di Mesjid Nabawi, Mesjidil Haram, hotel, dan bandara. Jangan berharap
kita menemukan toilet yang bersih. Cukup.
Q : Makanannya
enak gak?
A
: Bagiku enak. Seperti yang kutulis di blog, restauran di hotelku itu yang
masak adalah orang Indonesia. Petugasnya juga orang Indonesia, jadi ya
enak-enak saja. Makanannya lengkap lagi, memenuhi standar 4 sehat 5 sempurna.
Buah selalu ada, kopi/susu/teh/jus jeruk selalu ada.
Berikut ada jajanan yang kumakan selama disini. Paling enak adalah minuman coklat difoto terakhir.
Q : Petugasnya
baik-baik gak?
A
: Baik banget. Sepertinya mereka sudah terlatih dan terbiasa dengan kedatangan
jemaah dari berbagai negara. Walau semuanya gak bisa bahasa Ingris, pakai
bahasa tubuh aja mereka ngeti kok. Pelayanan petugas di Masjidil Haram yang
paling kurasakan bagus sekali, karena aku sering nanya sama mereka,
hahahahaha.. Di Masjidil Haram itu ada beberapa petugas. Petugas keamaan,
paling banyak dipintu masuk menuju ka'bah. Petugas kebersihan, petugas pemberi
informasi dan petugas ketetiban. Petugas Informasi ini yang bisa bahasa
Inggris, mereka tugasnya memberi petunjuk kepada jemaah yang mencari pintu
keluar, dll. Kalau petugas ketertiban tugasnya menertibkan jemaah dan tempat
sholat jemaah. Petugas ini juga yang memperingatkan jemaah wanita yang suka
membandel dalama posisi sholat. Mereka maunya sholat didepan biar keliatan
ka'bah, tetapi baris depan untuk laki-laki jadi mereka harus sholat di
belakang. Tapi kadang masih ada aja yang suka membandel nih jemaah wanitanya.
Sehingga harus ditegur sama petugasnya. Selain itu tugas petugas penertiban juga
menertibkan titik-titik sholat. Hampir sebagian besar jemaah di Masjidil Haram
itu adalah pendatang jadi terkadang mereka suka sholat ditempat yang seenaknya,
padahal lokasi tempat mereka sholat itu mengganggu jemaah yang lagi tawaf
ataupun mengganggu sirkulasi jalan. Makanya keberadaan petugas penertiban ini
cukup penting didalam Masjidil Haram.
Walau
mereka galak, sebenarnya petugas penetiban ini baik-baik loh. Kalau mereka
sedang tidak lagi jaga, mereka mau tuh bercanda dengan jemaah. Seperti petugas
penetiban yang satu ini. Aku gak tau namanya. Ceritanya aku dan Pak Rusadi lagi
nunggu Pak Wahyu di dalam, nah pas kita nunggu, petugas ini lewat sambil bilang
"terima kasih..terima kasih... apa kabar..apa kabar..". Dia tau kami
dari Indonesia karena melihat kalung name tag yang kupakai. Aku dan Pak Rusadi
senyum. Lalu dia lewat lagi didepan kami sambil berkata yang sama. Kami kembali
senyum, lalu lewat lagi. Mau apalah petugas ini pikirku.
"Pak,
bapak mau gak fotoin saya sama petugas itu?", tanyaku ke pak Rusadi.
"Boleh
gus, kamu yang minta sama dia ya." Jawab Pak Rusadi.
"Iya
pak,, beres.." kataku.
Lalu
aku menghampiri petugas itu, dan mengajak dia berfoto bersama dengan
menggunakan bahasa tubuh, hehehhehe.. dan ini dia fotonya. Kayak foto sama
salah satu pangeran arab ya kan? hehehehehe.
Foto sama pangeran Arab. :p
Q : Kok nulis di
blog, gak takut riya?
A
: Dalamnya samudra bisa diukur, dalamnya hati siapa yang tau. Hanya Allah yang
tau. Awalnya juga aku gak mau posting apapun yang berkaitan dengan umroh ini
media sosial manapun, tapi rasanya gak etis ya. Selama ini aku lumayan sering
berkunjung ke berbagai tempat, dan aku selalu posting. Lah ini kenapa saat aku
berada di rumah Allah aku malu untuk posting?. Alasan kuat lainnya adalah,
suatu malam, saat aku selesai iktikaf di mesjid Nabawi, saat sedang menunggu
azan isya. Aku bertemu dengan seorang lelaki Arab yang tinggal di Saudi Arabia.
Namanya Ahmad. Dia pernah datang ke Indonesia, di pulau Jawa. Cukup lama dia
tinggal disana. Disana dia melaksanakan tabligh, menyiarkan agama islam kepada
beberap penduduk. Pasti pernah liat kan sekelompok orang yang suka menginap di
mesjid dan berdakwah disana? nah dia melakukan itu. Saat kutanya kenapa
melakukan itu, dia bilang, Kita sebagai umat islam memiliki kewajiban untuk
menyampaikan dan menyebarluaskan ajaran islam. "Sampaikanlah walau satu
ayat", karena nanti kita akan ditanya, apa yang sudah kita lakukan untuk
jalan Allah? lalu dia menjelaskan panjang lebar lagi. Intinya sih begitu.
Nah
melalui blog ini, aku ingin juga menyebarkan juga ajaran Islam melalui
cerita-cerita ku. Jadi bila saatnya tiba
aku ditanya apa yang sudah kulakukan untuk agama Islam? Blog ini mungkin
bisa menjadi salah satu jawabannya. Walaupun masih banyak cara dakwah lain yang
bisa dilakukan.
Untuk
itu aku ngin mengajak pembaca blogku, khususnya teman-teman seumuran, untuk
berani meniatkan hati untuk pergi ke tanah suci. Masalah uang dll, insha allah
ada jalan. Selama niat kita kuat, pasti ada jalan. Semoga dengan bangkitnya
ataupun bertambahnya niat teman-teman untuk pergi ketanah suci selesai membaca
blog ini, menjadi pahala juga untukku. Amiiin. Terakhir, Kalau bisa pergi ke
tanah suci selagi masih muda, kenapa harus menunggu tua?
Penutup.
Bisa
pergi ketanah suci untuk melaksanakan ibadah haji atau umroh itu salah satu
nikmat yang besar. Akal dan daya nalar kita terhadap perubahan iklim dan situasi
masih tajam. Kemampuan adaptasi kita juga masih prima,. Tubuh kita masih sehat
dan bugar untuk melaksanakan seluruh rukun dan sunah-sunah lain yang cukup
melelahkan seperti Sai dan Tawaf. Fisik dan pikiran kita masih segar dan kuat
untuk mau berdesak-desakan antri saat masuk Raudah. Langkah kita masih panjang
untuk menjelajahi seluruh area mesjid. Kesempatan kita menabung kembali untuk
pergi ke tanah suci juga masih ada.
Semoga
melalui tulisan ini dan beberapa tulisan tentang ibadah umrohku sebelumnya,
mampu mengetuk pintu hati para pembaca dan mampu menumbuhkan semangat dihati
pembaca untuk pergi ke tanah suci. Semoga yang sudah ada niatan, niatnya
semakin kuat dan semakin bersemangat untuk bekerja dan menabung agar bisa pergi
ketanah suci. Bagi yang sudah pergi, semoga tulisan ini menjadi penawar rindu
dan menumbuhkan keinginan untuk dapat pergi kembali ke tanah suci. Amiiin.
Semoga
kebaikan dan keberkahan hidup senantiasa mengiringi langkah kita.
Waasalamualaikum,
wr.wb.
Comments
Post a Comment