Trip To Tembilahan
Selfie
Less, Sensation Maxx
Beberapa
bulan belakangan aku udah dapat udangan untuk menghadiri pernikahan sahabat
baikku disini. Ke Tembilahan. Sebelumnya, aku sama sekali tidak pernah ada
memasukkan Tembilahan dalam daftar list tempat yang harus aku kunjungi, tapi karena ini untuk mendukung acara sang
sahabat, makanya aku beranikan diri untuk datang kesana.
Kamis,
22 September 2016 jam 06.00 pagi aku berangkat dari dormitory diantar Bang Toni
menuju pelabuhan Tj.Uban. Suasana Lagoi dipagi hari dingin banget, ternyata
kita bisa melihat kabut yang cantik kalo mau jalan disekitar Lagoi dipagi hari.
Jam 07.00 nyampe Uban dan langsung berangkat ke Telaga Punggur di Batam. Gak
makan waktu lama, nyampe Telaga Punggur sekitar pukul 07.15 WIB. Nah untuk
menuju ke Tembilahan aku harus ke Pelabuhan Sekupang, posisi Sekupang itu
berlawanan dengan Punggur. Ada dua alternatif,naik taksi atau ojek. Saran bang
Toni sih cobain naik ojek online yang ada di Batam. Aku coba install dan order,
agak lama baru aku dapat drivernya, karena emang sinyal di Punggur ini agak
lemot. Biaya dari Punggur ke Sekupang itu Cuma Rp.66.000 beda dengan naik taksi
yang dikenakan tarif Rp.160.000. Harga tiket Sekupang-Tembilahan sendiri
mencapai Rp.420.000
Ini
pertama kalinya aku ke Sekupang. Jadi agak was-was juga. Aku cuma tau
patokan-patokannya saja, nah karena sudah melihat patokan-patokan yang arah
Sekupang barulah hati ini agak tenang. Ternyata jauh juga yaa dari Punggur ke
Sekupang. Setiba di Sekupang, seperti halnya terminal, banyak para penjual
tikel yang meneriakkan dagangannya. Nah disini kita harus masang telinga untuk
mendengar penjual mana yang menjual tiket tujuan kita. Tapi gak susah kok untuk
menumukan babang-babang penjualnya karena sepertinya mereka telah memiliki
ritme tersendiri dalam menjajakan dagangannya, jadi gampang lah.
Jam
09.00 WIB seharusnya kapal berangkat tapi delay karena banyaknya kapal yang
akan berangkat. Jadinya kapalku berangkat pukul 09.30 WIB. Suasana dalam kapal
sempit, masing-masing terdapat 4 bangku disisi kiri dan kanan, dibawah kursi
bisa dimasukin barang bawaan. Nomor kursi tidak tertera ditiket, jadi kita
harus cepat-cepatan ambil kursi yang sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan
kita. Aku sendiri memilih untuk duduk di dekat jendela supaya kerasa angin, bisa melihat kondisi laut dan kondisi setiap
pelabuhan yang akan disinggahi nanti. Ya nanti aku bakal singgah dibeberapa
pelabuhan.
Suasana dalam kapal speed menuju Tembilahan
Perjalanan
untuk mencapai Tembilahan ditempuh dengan waktu tempuh 6 jam, yang bisa
dilakukan cuma dengerin musik, tidur dan makan, perbaikan gizi. Pukul 15.00 aku
sampai di pelabuhan Tembilahan, segera sms bang Wahyu untuk ngasih kabar dan
tak lama aku dijemput dan dibawa menuju rumah bahagia.
Suasana rumah penganten. Ramai dengan corak warna-warni.
Jalanan
di Tembilahan itu berdebu dan beberapa bagian jalan ada yang rusak sehingga
perlu menjaga keseimbangan dalam berkendara. Jarak rumah bang Wahyu dari
pelabuhan tidaklah begitu jauh, sekitar 15menit sampai. Sampai dirumah terlihat
beberapa panitia sedang sibuk melakukan berbagai persiapan, aku dijamu sangat
baik oleh keluarga Bang Wahyu, sehingga membuat aku gak enak untuk tidak ikut
membantu hal-hal kecil yang bisa kubantu. Bukannya jiwa pembantu tetapi lebih pada
adab seorang tamu, apalagi aku bakalan cukup lama stay disini. Stay untuk
menyaksikan rangkaian acara pernikahan adat Banjar.
Suasana Pelabuhan Tembilahan
Selain
nginap di rumah bahagia, selama disini juga, aku akan menginap dua malam dirumah
temannya bang Wahyu, namanya bang Aprian. Bang Aprian ini orangnya baik banget.
Dia ikhlas ngajak aku jalan keliling Tembilahan malam-malam saat dia baru
pulang kerja, udah gitu ditraktir pula. Malam itu aku diajak ke pasar jongkok.
Disebut pasar jongkok atau PJ karena untuk membeli barang-barang disini kita
harus jongkok. Barang-barang yang dijual di PJ kebanyakan adalah barang second hand, tetapi masih dalam kondisi yang
sangat bagus. Bahkan tak jarang barang yang dijual juga baru lohh jadi harus
pinter-pinter dalam memilih barang disini ya. Oh ya PJ buka dari sore hari
hingga tengah malam. Nah kalo udah ngerasa kedinginan cobain deh minuman Teh
Telur kalo ditempat lain namanya STMJ (Susu Teh Madu Jahu) enak banget dan
bikin segar badan yang letih.
Teh Telur & Roti Canai. Kudapan ala Tembilahan
Jumat
malam diadakan acara madihin adat. Suatu kesenian tradisional untuk menghibur
para tetangga sekitar yang sekaligus paniti resepsi. Madihin adat ini seperti
Gurindam DuaBelasnya Kepri. Ada penyair dan pemain musik. Sang penyair akan
melantunkan ayat-ayat guyonan dalam bentuk bahasa Banjar. Aku gak ngerti apa
yang dikatakan oleh si penyair jadi cukup mendengarkan dan menikmati alunan
musiknya saja. Sepertinya ayat-ayat yang disampaikan lucu deh, karena sesekali
masyarakat disini tertawa mendengar ayat yang disampaikan oleh si penyair.
Madihin Adat.
Aku
cukup menikmati kegiatan melihat-lihat kota ini. Suasana kota ini sangat khas
kota Pelabuhan, hal itu bisa dirasakan dari barang-barang yang dijual, bentuk
bangunannya dan bentuk jalanannya. Kota Tembilahan ini dijuluki sebagai negeri
1000 jembatan, dulu sih dibilangnya 1000 parit, karena banyaknya parit yang
melintasi kota ini. Pari identik dengan hal yang buruk makanya diganti dengan
1000 jembatan, ya sesuai karena banyaknya jembatan yang dibangun diatas kota ini.
Jarak antar jembatannya pun dekat-dekat, bahkan kata “parit” digunakan dalam
toponimi. Jadi jangan heran jika kita bertanya alamat pada orang sini, maka
penduduk disini cenderung akan menjawabnya dengan menggunakan parit ke sekian.
Tanah
di Tembilahan menurut masyarakat sekitar, adalah tanah yang lembek, sehingga
pembuatan pondasi dari suatu bangunan akan memakan biaya tertinggi dari total
pembangunan suatu rumah. Entah karena tanah yang lembek itu kali ya, makanya
setiap kali ada truk atau mobil besar lewat depan rumah aku selalu merasa ikut
bergetar, seperti gempa kecil. Awalnya aku kaget, tapi setelah 2 hari disini
jadi terbiasa. Mayoritas penduduk Tembilahan beragama muslim yang taat. Maka
jangan heran jika disetiap simpang, setiap ujung jalan kita akan melihat
mesjid. Kalo di Surabaya setiap ujung jalan ada taman, kalo di Tembilahan
setiap ujung jalan ada mesjid. Banyaknya mesjid disini menurutku berbanding
lurus dengan tingkat spiritual penduduk disini. Anak-anak yang asyik bermain
misalnya, begitu mereka mendengar ada suara pengajian di mesjid yang menjadi
tanda bahwa sebentar lagi akan azan, mereka akan spontan berhenti dan bergegas
untuk sholat berjamaah di mesjid. Keuntungan dari banyaknya mesjid disini
adalah kita tidak perlu takut untuk tidak kebagian shaf jika sholat jamaah
ketika sholat Jumat.
Salah satu mesjid di Tembilahan. Gak jauh dari mesjid ini juga ada mesjid lagi.
Rasa
senang, haru, dan sedih bercampur menjadi satu saat melihat sahabat baik kita
naik pelaminan, itulah yang aku rasakan. Pokoknya selamat menempuh hidup baru
Bang Wahyu. You have known what I feel and hope your wedding will be happy
forover and long lasting so do our friendship relationship. Happy Wedding bang.
J.
Happy Wedding Bang Wahyu & Kak Lia. :)
Semoga menjadi keluarga Sakinah Mawadda Warohma ya. Happy forever and Long lasting until the death separate.
Gileee, gusmen blogger juga. Semoga segera nyusul ya gusmen. Aamiin.
ReplyDelete