Meraih Puncak Bukit Bintan

Sebagai salah satu pulau di Provinsi Kepulauan Riau, Pulau Bintan menyimpan banyak keindahan  bawah laut dan pesisirnya. Everybody know it.  Berada di daerah yang kaya akan sumber daya lautnya, tak menyurutkan Bintan untuk unjuk gigi dalam keelokan alam gunungnya. Bukit Bintan, atau kalau orang sini bilangnya Gunung Bintan adalah daerah tertinggi di pulau ini. Tingginya dikabarkan adalah 400 mdpl.
Untuk dapat kesini, bisa melalui dua arah. Dari jalan lintas barat menuju tanjung pinang, atau melalui jalur lama dengan tujuan yang sama. Letak Bukit Bintan sendiri berada di daerah Sri Bintan. Tidak sulit untuk menuju kesini. Kita diwajibkan membayar Rp.10000 sebagai bentuk retribusi. Objek utama yang ditawarkan disini adalah air terjun.  Kita harus mendaki ratusan  anak tangga landai untuk dapat menikmati air terjunnya. Tapi jujur saja volume air terjun disini kecil sekali. Kecil sekali kalo lagi musim kemarau, bahkan nyaris tidak ada, masih lebih deras lagi air yang mengalir dari keran dirumah kita. Mungkin kalau lagi musim kemarau volume air terjunnya bakalan banyak.
Minggu ini (16/04/2016) aku, bang Wahyu, Jony dan Rizwan berencana untuk mengunjungi bukit ini. Walaupun sudah diingatkan sama teman-teman lain kalo aku tidak akan mendapatkan hal yang spektakuler di bukit ini, tetapi aku penasaran aja, ingin membuktikan sendiri dengan mata kepalaku. Bener gak sih apa yang katakan orang-orang. Nah jadilah aku dan bang Wahyu berangkat dari dorm pukul 10.00 WIB.  Ngaret setengah jam dari waktu perjanjian. Kami memutuskan untuk melalui jalur lama, selain lebih sepi, jalur ini lebih hijau dari jalur baru, sehingga ada pemandangan yang bisa dilihat.
Sekitar 20 menit aku dan bang Wahyu tiba di welcome area. Jony dan Rizwan mugkin sudah bosan menunggu. Mereka menunggu di kantin depan welcome area. Kami gak mau membuang waktu, makanya langsung naik begitu selesai membeli air minum untuk dijalan.
Perjalanan dimulai dengan rasa bahagia dan kesombongan, menganggap bukit ini gak terlalu tinggi, jadi pasti cepat sampai di puncak. Perasaan itu terus ada ketika aku sampai di titik air terjun. Bener kata orang-orang, volume airnya kecil sekali. Jony lantar memandu kami untuk ambil jalan ke kiri, menaiki batu-batu yang mengarah ke puncak. Disini aku masih menganggap remeh bukit ini, aku pasti bisa sampai ke puncak dengan santai. Daki dan terus mendaki, kok gak sampai-sampai ya. Aku melihat jam, kami baru saja mendaki selama 15 menit, tetapi kenapa aku ngos-ngosan ya. Menurut Jony butuh waktu sekitar 1 jam untuk sampai ke puncak. Oh my God! 15 menit mendaki saja sudah kek gini lelahnya apalagi 1 jam. Ku akui jalur pendakian kali ini cukup terjal. Kami harus mendaki lereng bukit dengan kemiringan 45-80 derjat.

Begini nih salah satu penampakan jalur pendakiannya.

Jony dan Rizwan kuakui mereka hebat dan kuat, mereka dengan cepat mendaki bukit ini, sedangkan aku terseok-seok. Daki sedikti istirahat sebentar, tarik nafas. Daki lagi, istirahat lagi. Untungnya bang Wahyu yang berada di belakang aku sabar untuk menunggu. Aku udah nyuruh jalan duluan, tapi dia gak mau, karena kalo aku yang berada dipaling belakang bisa bahaya. Setauku sih emang begitu aturan dalam mendaki, yang paling kuat berjalan di paling depan dan paling belakang.
Ada titik aku ingin menyerah dan kembali saja ke air terjun, tetapi Rizwan selalu meneriaki ku untuk tetap lanjut. “Dikit lagi bos, ayo!, dikit lagi nih!”. Kalimat itu hampir selalu terdengar disepanjang jalan pendakian ini. Kadang jika sudah lelah sekali aku sering minta istirahat minum air. Capek broo.. Jalurnya terjal sekali. Baju, celana, muka semua sudah basah oleh keringat.
Yang aku suka dari pendakian ini adalah suasana hutan bukit ini. Sudah lama aku gak masuk hutan. Sepanjang pendakian kita bisa mendengar suara hutan. Teriakan monyet-monyet yang berebut makan, suara burung-burung yang saling bersahutan, suara desiran angin, suara serangga semuanya terdengar jelas di dalam hutan ini. Sungguh indah.
Jalur pendakian bukit ini tergolong aman untuk pendaki pemula seperti saya. Banyak tali-tali tambang yang dibentang sebagai bentuk penanda jalan sekaligus pegangan untuk pendakian. Jika kita tidak kuat atau kehabisan tenaga, berpegangan di tali tambang ini cukup membantu untuk menanjak.
Sekitar 1 jam perjalanan, akhirnya aku melihat bangunan tinggi warna biru. Itu adalah pos puncak. Tempat yang kami tuju. Aku semakin semangat karena tujuan sudah semakin jelas. Yess! Akhinya sampai juga di puncak tertinggi di bukit Bintan. Pemandangan yang bisa dilihat disini biasa saja sih. Sebenarnya pemandangannya indah, tapi karena ada beberapa spot yang masih terhalangi oleh pohon-pohon, jadi agak sedikit mengganggu mata untuk melihat pemandangannya.
Dari puncak sini, kita bisa melihat lepas pulau Penyengat dan Senggarang dan juga laut lepas. Untuk melihat pemandangannya kita harus naik keatas tower biru yang sudah disediakan. Saat kami tiba ternyata sudah ada pendaki asal Singapore yang lebih dulu tiba. Ternyata terdapat dua jalur yang disediakan oleh pengelola, jalur mendaki dibuat lebih landai dan agak memutar, dan jalur menurun yang dibuat agak terjal. Jalur yang kami lalui tadi adalah jalur turunan. Pantesan aja jalunya terjal banget. Kalo dibuat turun emang enak sih, tapi kalo dibuat mendaki. Mikir-mikir lagi deh.

Pemandangan dari puncak bukit Bintan

Foto berjamaah dulu.


Kami menghabiskan waktu sekitar 30-45 menit di atas pos ini. Setelah puas dan menghimpun tenaga kembali, kami putuskan untuk turun karean hari sudah siang. Untuk turunnya sendiri membutuhkan waktu 40 menit.  Saat turun kami berpapasan dengan pendaki asal Singapore tadi. Hebat juga ya kami, bisa menyusul mereka, padahal mereka turun lebih awal lo dari kami. Begitu sampai dibawah, kami langsung menuju kantin dan memesan teh obeng untuk mengembalikan tenaga yang terkuras. Jadi, apa anda mau mencoba mendaki bukit Bintan?

Comments

  1. sekiranya ingin kembali kesana info ya gan biar bisa Barengan karena saya juga pengen ke sana dan camping tapi blm dapat barengan....081534341944 WA saya makasih

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mari Mengenal Tanaman hias : Ruellia malacosperma, si Kencana ungu yang bisa hidup di mana aja. Kok bisa??

Mari Mengenal Tanaman hias : Turnera ulmifolia atau lebih akrab disebut kembang pukul 8. Looh, kok bisa?

REUNI DI SINGAPORE