Short Trip at Bogor (24-28 Desember 2015)
Pada kesempatan long weekend
ini, aku dan teman-teman S2DAYT berencana untuk melakukan trip bersama lagi.
Wacana liburan bareng-bareng ini sudah disuarakan jauh dari hari libur, mungkin
ada sekitar 3 bulan lalu kami sudah berencana untuk melakukan trip bersama
lagi. Cerita punya cerita, kami pun memutuskan untuk mencari alternatif liburan
yang tidak ramai dikunjungi kala long-weekend seperti ini. Untung ada Sammy
yang giat googling, akhirnya berangkatlah kami ke Cariu,Jonggol,Bogor.
Kami pun memutuskan untuk pergi kesana pada tanggal 26-27 Desember 2015.
Setelah mengetahui tanggal tersebut, akupun segera mencari tiket untuk ke
Jakarta. Aku memutuskan untuk berangkat ke Bogor pada tanggal 24 Des dengan
tujuan agar bisa bernostalgia sebentar di Bogor dan berharap bisa bertemu
dengan teman-teman kuliahku yang masih stay di Bogor. Tapi sepertinya
khayalanku terlalu tinggi, sehingga hanya sebagian anak saja yang bisa aku
temui.
24 Desember
2015
Pukul 08.00 aku dengan diantar oleh
Bang Febi, rekan kerjaku, menuju pelabuhan tj.Uban. Sebelumnya kami sarapan
dulu di warung keluarganya Pak Supri yang ada disimpang Lagoi. Untuk pertama
kalinya selama 6 bulan disini aku mencicipi yang namanya mie lendir. Kata
teman-temanku sih enak. Yasudah, taraa ternyata mie lendir itu bentukannya sama
persis dengan mie rebus yang ada di Medan, yang membedakannya adalah kuahnya.
Kalau kuah mie rebus yang dijual di Medan terbuat dari ebi, kalo mie lendir
Bintan terbuat dari kacang. Mengenai rasa, aku lebih suka dengan mie rebus yang
di Medan.
Pukul 09.50 (mungkin) kami tiba di
Tj.Uban. Nyampe, langsung lari ke dermaga untuk beli tiket dan masuk ke kapal
speedboat. Harga tiket kapal speedboat itu Rp.48.000, naik 3 ribu dari terakhir
yang aku beli. Ketika naik kapal gak lama kapal berangkat. Untung saja kami
tepat waktu karena jika telat maka kami harus menunggu ½ jam lagi menunggu
kapal berikutnya. Untuk speedboat, mereka berangkat setiap ½ jam sekali, jika
naik roro berangkat 1 jam sekali. Jika naik speedboat waktu tempuhnya lebih
cepat dari kapal roro, speedboat hanya 15-25 menit, kalo roro 60 menit.
Setiba di pelabuhan Telaga Punggur,
Batam. Aku dan bang Bob langsung deh naik taksi menuju bandara Hang Nadim.
Harga taksi sendiri 100ribu, jadi aku dan Bang Bob patungan deh. Oh ya Bang Bob
ini rekan kerjaku juga di kantor, kalo dia mw pulang ke Padang. Mau tunangan
ceritanya. Cieee.. Nyampe bandara sekitar pukul 11-an, pesawat kami take off
kira-kira sejam lagi, jadinya langsung saja kami check-in dan duduk manis
diruang tunggu untuk boarding.
Aku tiba di bandara Soekarno-Hatta
pukul 14.00 WIB kurang, karena aku tidak ada bagasi, jadinya langsung keluar
untuk menuju restora cepat saji yang jadi favoritku jika ada di bandara, yaitu
A&W.. Haduuuhh rasanya nikmaaat banget begitu mencicipi ayam goreng di
A&W ini, sudah lama aku tidak makan ayam goreng ini, maklum di lokasi
kerjaku, aku jarang menemui restoran sejenis ini selama di Lagoi. Namanya juga tinggal di dalam
hutan. Hutan Internasional.
Setelah puas melepas rindu terhadap
bandara Soeta, aku pun langsung menuju pool bus damri untuk beli tiket yang
menuju Bogor. Harga tiket tetep sama masih Rp. 55.000. Biasanya bus Damri yang
ke Bogor ini suka lama ada di bandara karena macet dan juga rame, alhamdulilah
saat aku baru saja nunggu terdengar teriakan “Bogor..Bogor...Bogor..”, langsung
deh aku lari menghampiri damri tersebut.
Sampe di
dalam damri waktunya untuk tidur, karena perjalan ini akan menempuh 2 jam
perjalanan.
Dua jam perjalanan dalam keadaan
tertidur, cukup untuk memulihkan tenaga. Tiba di terminal Damri Bogor yang ada
di Botani Square, awalnya aku mau naik taksi untuk ke Dramaga tempat kosan Digo,
tapi karena harganya mahal, 150rb, jadinya aku memutuskan untuk naik angkot
saja, yaa walapun sebenarnya badan udah capek dan gerah tapi untuk penghematan
gak papa lah ya.. sekalian aku juga mau menikmati kemacetan Bogor. Hehehehe..
Maklum lama tinggal di hutan membuatku kangen dengan segala hiruk pikuk
perkotaan. Mulai dari macetnya, klakson angkotnya dan duduk dempet-dempetan di
dalam angkot. Banyak yang berubah dari kota Bogor sejak bulan Maret lalu aku tinggalkan.
Pedestrian di sekitar Kebun Raya Bogor juga sudah mulai di perlebar,
hotel-hotel juga sudah mulai banyak, minimarket-minimarket juga semakin
menjamur. Sepanjang jalan menuju dramaga juga mulai padat akan bangunan.
Haah..Bogor..Bogor.. dan aku pun tiba di kosan Digo dengan selamat setelah
menikmati kota Bogor pada waktu maghrib.
25 Desember 2015
Aku terbangun karena alarm dari
hp-ku. Waktu menunjukkan pukul 05.00 WIB, aku pun bangun untuk sholat Subuh.
Kupikir tidurku cukup nyenyak setelah tengah malam aku harus melawan nyamuk
yang berkeliaran di ruangan tidur. Malam tadi ada empat orang yang bermalam di
kosan digo. Aku, Digo, Dani, dan Indra. Digo dan Indra merupakan teman kuliahku
yang sekarang sedang merintis usaha dalam dunia pertanaman. Mereka dan beberapa
anak lagi membuat suatu usaha yang diberi nama Beta Souvenir. Souvenir tanaman
cantik yang dikemas dengan lebih modern. Liburan ini mereka sedang mengerjakan
1000 orderan. Aku datang saat mereka sedang mempersiapkan orderan mereka.
Sebagai tamu yang baik, aku cukup tau diri untuk ikut membantu mereka menyiapka
souvenir. Lumayanlah sambil belajar juga.
Untuk sarapan pagi ini, aku sudah
ancang-ancang untuk makan bubur ayam Madura yang ada di depan Telkom Dramaga.
Ini bubur Ayam terenak yang pernah aku makan selama di kampus. Jadi aku minta
tolong Digo untuk dianterin kesana, beli bungkus dan rasanyaaa... duuuuuhh
enaaaak banget.
Hari ini selepas sholat Jumat, aku
sudah ada janji dengan Aji, teman asramaku sewaktu masih mendiami asrama putra
IPB selama setahun pertama kuliah di IPB. Jadi pada pagi harinya aku membantu
mebuat souvenir siangnya aku pergi menuju Botani. Aji menyaranku untuk naik
Gojek, karena lebih cepat, walaupun ongkosnya lebih mahal 5 ribu jika
menggunakan angkot. Tapi demi waktu berharga 5 ribu cukup murah. Ini pertama
kalinya aku menggunakan gojek. Selama ini aku hanya bisa melihat postingan
teman-teman yang naik gojek, kata mereka supir gojek baik baik dan ramah. Yaa
mumpung sekarang ada di Bogor, kenapa gak dicoba aja sekalian.
Awalnya aku bingun cara menggunakan
aplikasi gojek ini, setelah diajarin Indra aku jadi lebih paham. Gojek emang
memudahkan. Aku sendiri dijemput di kosannya Digo, dikasih helm dan berangkat
deh menuju Botani Square. Keputusanku untuk menggunakan gojek sepertinya tepat
karena siang itu, maceet sekali, lebih lebih di daerah stasiun kereta api..
Astagaaa.. macaaat parah... sudahlah panas terik, haduuuh..
Kelebihan lain dari naik ojek adalah
kita bisa memotong jalan ataupun memilih alternatif jalan lain. Jadilah dalam
waktu tempuh 1 jam, aku sampai di Botani Square. Kuperkirakan jika naik angkot
aku bisa tiba di Botani dalam waktu 2 jam lebih. Terima kasih gojek.
Pukul 13.00 aku tiba, langsung
nge-Line Aji, dia bilang dia masih di jalan bersama Atri, pacarnya. Aku
memutuskan untuk pergi keliling-keliling mall ini. Tidak banyak yang berubah
dari mall ini, hanya saja suasana pengunjung siang ini ramai sekali, karena
liburan kali ya.
Aji nge-Line lagi, bilang kalo dia
sudah tiba. Aji bilang supaya aku nunggu di lantai paling atas aja tapi aku gak
mau karena gak enak aja. Kami pun bertemu di dekat eskalator lantai 2.
bertemu dengan Aji dan Atri
Sekarang si Aji sudah keliatan lebih
gemuk dari terakhir kami ketemu 1 tahun lalu. Hahahaha.. maklum pekerja
kantoran, makanya cepat gemuk. Hari ini Aji janji bakalan traktir aku makan,
sekaligus ngerayain ulang tahun dia. Hahaha.. Jadi kami langsung cabut ke
tempat makan di lantai atas, tetapi PENUH! Pergi ke Solaria, PENUH! Akhirnya aku
saranin supaya kami makan di...duh aku lupa lagi nama tempatnya, pokoknya di
sebelah Celebrity Fitness dan Mister Bakso deh.
Makasih ya ji udah di traktir
Senang rasanya bisa bertemu teman
lama, banyak yang kami obrolkan mulai dari pekerjaan dan hidup sehari-hari,
sebagai penutup perjumpaan kami, Aji kembali mentraktirku Ice Cream Singapore..
hehehehe lumayan sebagai pencuci mulut.. Puas jalan sambil cerita tak lengkap
rasanya jika pertemuan langka ini tidak diakhiri dengan foto-foto cekrek..
foto-foto cekrek.
Kalau makan siang dengan Aji dan
Atri, makan malam aku Line Jaka, Egeng, Bagus dan Ilham untuk ketemuan di dekat
kampus. Masalah tempat Jaka yang nentuin untuk dinner di Oemah Sambal, padahal
pengennya di Mie Aceh Kurnia.. (gpp kok Jek). Jam 19.00 aku keluar dari kosan
Digo untuk pergi dinner setelah sholat Maghrib dan mandi setelah bertemu dengan
Aji tadi. Nyampe di Oemah Sambal aku liat keadaan belum ada keliatan batang
hidung mereka, okelah nunggu sebentar.. Yang kedua datang itu si Jaka, disusul
Bagus, Egeng dan terakhir Ilham. Sebenarnya agak ragu untuk makan disekitar
wilayah kampus, mengingat baru-baru ini ada kejadian luar biasa Hepatitis B
yang mewabah di sekitar kampus, tapi.. dengan ucapan Bismillah semua makan akan
dicerna oleh perut ini.
bertemu Egeng, Jaka, Ilham, Saya, dan Bagus
Kalau sudah kumpul gini, dijamin
ketawa deh.. rutinitas biasa kalo ngumpul gini yaaa ngerumpi orang-orang,
nostalgia nostalgia, nanya kabar masing masing dan diakhiri dengan Cekrek
cekrek cekrek.. belum di upload.. hahahah.. Terima Kasih Bagus, Egeng, Ilham
atas waktunya.
Bertemu teman,, cekreek.
Malam ini aku memutuskan untuk
nginep di tempat dikosan Jaka, karena mw nonton DVD di laptop Jaka, selain itu
juga aku takut untuk pulang ke kosan Digo karean suda terlalu malam juga. Tidak
ada yang berubah di kosan Jaka, selain pajangan karikatur wajahnya yang
menempel di hampir seluruh dinding kamarnya. Buat kalian yang ingin membuat
hadiah menarik berupa karikatur, bisa hubungi nih si Jaka, asli karikaturnya
keren banget, mirip lagi.. kalian bisa menghubungi Jaka di www.jakalesmanaputra.com
26 Desember 2015
It’s the DAY!! Inilah alasan utama
kenapa aku memutuskan untuk liburan ke Bogor. Yeaah ini waktunya Jalan-Jalan.
Setelah bangun dan pamitan dengan Jaka untuk kembali ke kosan Digo, aku pergi
dulu sarapan ke warung bubur ayam Madura yang enak itu. Jam menunjukkan pukul
08.00 lewat, biasanya jam segini warung bubur itu rame, bener kan rame,, untung
masih ada bangku kosong, langsung aku samber dan mulai menikmati bubur ayam
madura yang enak plus sate ampla dan sate telur puyuh.. beeuh..
Pukul 09.00 WIB aku kembali ke kosan
Digo, disana cuma ada Digo sendiri yang lagi ngelanjutin pekerjaan souvenir.
Sebagai tamu yang baik, saya pun ikut membantu mengerjakan souvenir tersebut.
Sesaat kemudian datang Iyus dengan pacarnya Indah, ke studio buat lanjutin
mengerjakan souvenir. Teman teman yang penasaran dengan bentuk souvenirnya,
bisa cek di IG:betasouvenir. Pukul 10.00 WIB Jaka nelpon aku berubah pikiran
katanya, dia mau ikut trip kali ini. Yeeeee...
Pukul 11.45 WIB aku kembali memesan
Gojek untuk mengantarku menuju titik poin pertemuan kami di Botani Square. Kali
ini aku terkejut dengan supir Gojek. Supir Gojek yang aku tumpangi ternyata
juga berprofesi sebagai driver di salah satu televisi masa kini yang lagi hits
di tahun ini. Lagi lagi jalanan macet,
aku pun bilang ke babang gojek kalau di stasiun kereta api macet padat, dan
dengan cerdik si babang gojek langsung ambil alternatif jalan lain. Ternyata
aku yang pertama datang di titik poin ini, karena hari sudah siang, dan perut
mulai keroncongan, aku pun memutuskan untuk makan siang kembali di resto cepat
saji favorit saya, A&W.
Selesai makan, Ninis nge-Line di grup kalo dia telah tiba juga di
Botani. Ketemuan deh dengan Ninis. Yeeaa tidak ada yang berubah banyak dari
Ninis, hehehhe.. Setelah ketemu Ninis berikutnya kami menunggu kedatangan Sammy
dan Izi yang sudah berkumpul di stasiun. Titik pertemua digeser sedikit, tidak
lagi di Botani tetapi langsung di terminal Baranangsiang. Ketemuan deh dengan
Izi dan Sammy. Izi sekarang sudah berambut panjang, mirip kayak cewek-cewek
tomboy, untuk Sem, aku lihat tidak ada perubahan, sukses ya Sem dietnya.
Selanjutnya tinggal nunggu Jaka nih. Ketika kami jalan menuju terminal
Baranangsiang, tak lama Jaka menghampiri kami. Semua sudah berkumpul dan
membeli perbekalan berupa air minum, kami pun bergegas menuju Bis yang akan
menghantar kami ke perjalanan kami kali ini.
Glad to see u again guys.
Menuju Cariu.
Perjalanan kami dimulai dengan
menaiki Bis kecil menuju Cileungsi, suasana bis cukup ramai, tetapi tidak
seramai Bis menuju Cirebon dulu. Waktu tempuh perjalanan menuju Cileungsi
berkisar sekitar 2 jam, aku sendiri tidak begitu yakin berapa lama, karena
tidak melihat jam setiap saat, maaf yaa.. Oh ya tiket bus ini Rp.15.000, setiba
di Cileungsi, kami pun berganti moda transportasi dengan angkot biasa, kali ini
menuju Jonggol. Jarak tempuh Cileungsi-Jonggol cukup panjang, yaa sekitar 1 jam
juga deh, tapi karena naik angkot jadi lebih banyak pemandangan yang bisa
dilihat. Ternyata rutenya melewati Taman Bunga dan Buah Mekarsari, melewati
danau buatan juga. Yang unik dalam perjalanan ini, Sammy navigator kami
mengatakan kalau dia tidak terlalu yakin dengan rute perjalanan ini, dikarena
sedikitnya informasi mengenai jalan menuju Cairu. Untuk nama Cariu sendiri,
kami masih sering rancu, apakah Cairu atau Cariu, belakangan kami tau kalau
nama yang benar adalah Cariu.
Angkot yang kami tumpangi berhenti
di Alun-alun Jonggol. Ongkos angkotnya Rp.8000. Kami tiba di Alun-alun Jonggol
dekat dengan kantor polisi setempat, disekitar inilah angkot yang menuju Cairu
ngetem. Angkotnya bewarna biru ya. Dalam angkot menuju Cariu kami bingung mau
berhenti dimana, karena emang gak tau, bener-bener absurd deh, hehehe.. Mau
berhenti di penginapan, kami belum booking, mau berhenti di kenalan, kenalan
dari mana? Akhirnya kami bertanya pada ibu-ibu di angkot kalau mau ke Curug
Country kami harus berhenti dimana. Untung si Ibunya baik mau ngasih tau. Dari
ibu ini juga kami tau kalo di Cairu ini hanya memiliki dua penginapan, dan itu
letaknya cukup jauh dari pos Curug Country.
Sepanjang jalan menuju Curug
Country, kami disuguhi pemandangan yang indah banget, diseberang kami tampak
sawah-sawah luas milik warga, dan disebrang sawahnya itu terpampang gugusan
gunung-gunung yang indah banget. Aku sendiri belum pernah melihat gugusan
gunung seperti ini. Mirip seperti lukisan Cina meeen..keren banget. Tapi untuk
berfoto dengan latar belakang gugusan gunung tersebut, agak sulit karena kami
naik angkot, jadi kami niatkan untuk nanti saja foto-fotnya. Perlu diingat
angkot yang lalu-lalang di jalanan Cariu ini sedikit banget, jadi kalo sudah
naik angkot, bersyukurlah anda.
Curug Country
Setelah membayar Rp.15.000 kami tiba
di satu pertigaan jalan, tidak ada plang nama, yang ada hanyalah pangkalan ojek
dengan mas-mas pangkalan ojek. Sepertinya mereka tau kalo kami mau pergi ke
Curug Country, karena saat kami tiba kami langsung ditawari untuk diantar
munuju curug. Awalnya kami ingin berjalan kaki saja menuju curug, tapi si abang
ojek bilang letak curug dari pangkalan ojek itu jauh. Ada perasaan ragu apakah
kami ditipu atau tidak. Setelah berunding dan menegosiasi harga (Rp.25.000
PP/orang) kami memutuskan untuk naik ojek saja menuju curug tersebut. Waktu
juga yang menjadi alasan kami untuk memilih menggunakan ojek. Kami tiba di
pangkalan ojek sekitar pukul 17.00.
Berkendara menggunakan ojek kami
dibawa menuju kedalam desa. Jalanan desa berbatu dan bertanah, jalanannya juga
naik turun-naik turun. Jalanan menuju curug dari pangkalan ojek itu lurus saja,
kemudian berbelok kekiri ketika menemui sebuah lapangan sepak bola. Ada
pertandingan sepak bola kala kami lewat jalan tersebut. Dari pertigaan ini
jalanan semakin sepi, yang terlihat hanyalaha bangunan2 villa yang disewakan
untuk turis. Kami sempat ditawari untuk nginep di villa ini, harganya juga
lumayan terjangkau Rp.250.000 untuk semalam. Ternyata jaraknya memang sangat
jauh. Seketika ada rasa bersyukur tadi memilih naik ojek ketimbang jalan kaki.
Kami tiba di pos utama menuju curug
pada pukul 17.15 itu berarti kami hanya punya sedikit waktu untuk menikmati
curug Country, kami tidak mau jika maghrib-maghrib masih berada di curug,
pamali. Jarak dari pos utama ke Curug ternyata dekat, kami hanya turu mengikuti
anak tangga tanah yang telah dibuat oleh warga. Cukup berjalan sekitar 10 menit
kami sudah tiba di Curug Country. Wooow.. pemandangannya indah beneer.. Tinggi
curugnya tidaklah terlalu tinggi, mungkin sekitar 5 meter, namun yang membuatny
unik adalah, adalah lapisan-lapisan batu yang membentuk curug tersebut, mirip
seperti niagara lah, makanya curug ini disebut-sebut juga sebagai air terjun
niagara mini.
Kamipun tidak bisa berlama-lama
menikmati keindahan curug ini karena hari sudah mulai gelap. Buat kalian yang
mau main kesini, lebih baik ketika hari masih cerah ya, indah sekali looh, di
dekat curug juga ada warung makan buatan masyarakat jadi anda bisa makan dan
minum dengan tidak membuang sampah pada tempatnya. Jika dilihat dari keadaan
disini, kita bisa mandi dibawah air terjun, dasar air terjun juga pasir jadi
aman buat mandi-mandi.
Setelah mengabadikan gambar disini
dengan berbagai macam gaya, pukul 17.45 kami kembali ke pos 1 curug dengan
jalan kaki, oh ya kami juga ditemani dengan bapak-bapak disini. Jangan lupa
untuk memberi uang tip ya ke Bapaknya karena bapak ini yg jadi pemandu. Untuk
masuk ke Curug ini juga tidak dipungut biaya looh.
Gunung batu vs Rusa
Setelah dari Curug Country, kami kembali
bergerak menggunakan angkot kearah Jonggol untuk mencari penginapan. Sepanjang
perjalanan tadi, terlihat dua penginapan yang letaknya saling berjauhan. Kami
memilih penginapan yang terdekat. Untungnya masih ada kamar kosong, kami pun
menginap di kamar Rp.150.000. Terdapat tiga jenis tipe kamar disini. Tipe Rp.130rb, 150 rb dan
250rb. 130 dan 150 rb hanya dibedakan dengan luas kamar saja, sedangkan tipe
kamar 250rb dilengkapi dengan mesin pemanas air. Untuk liburan singkat, tipe
kamar 130rb dan 150rb sudah cukup kok. Kamarnya juga luas dan dilengkapi dengan
tivi.
Beres bersih-bersih kami pun
berkumpul untuk berunding tentang kegiatan esok hari. Dari penjelasan Sammy
sebelumnya, kita seharusnya akan pergi ke penangkaran rusa lalu pergi ke Gunung
Batu, tetapi kedua tempat ini berada di tempat yang berbeda, satu di ujung
sana, satu di ujung sini, jadi sepertinya tidak mungkin untuk pergi kedua
tempat itu sekaligus dalam satu hari. Kami harus memutuskan.
Masing-masing dari kami mengeluarkan
pendapat, setelah melihat review orang-orang di google dan melihat video kedua
lokasi di youtube, kami pun memutuskan untuk pergi ke penangkaran rusa saja.
Kasihan Ninis yang sangat ingin pergi ke Gunung Batu. Netxt trip ya niis..
27 Desember 2015
Pagi setelah semua bersiap dan
sesudah berfoto-foto ria di depan hotel, kami mulai meneruskan perjalanan
menuju penangkaran rusa. Letaknya berada di Desa Buana Jaya, kecamatan
Tanjungsari, Kabupaten Bogor. Dari depan hotel kami menunggu cukup lama angkot
yang akan kami tumpangi.
Jarak dari hotel menuju penangkaran
rusa cukup jauh. Sebenarnya rute angkot ini hanya sampai pada pertigaan jalan
saja. Terdapat Indomaret dipertigaan jalannya. Untuk menuju penangkaran rusa
belok kekanan, sedangkan jika lurus kita akan ke Taman Quilling, tempat kedua
wisata kami. Jika mengikuti jalur angkot, maka kita harus menggunakan ojek
untuk diantar ke gerbang utama penangkaran rusa dari simpang tiga yang ada
Indomaretnya itu. Kami berlima memutuskan untuk menyewa angkot tersebut untuk
mengantar kami menuju pos utama penangkaran rusa-taman quilling-simpang jonggol
dengan harga 30rb/orang. Lebih murah dan efisien jika kita harus naik ojek dan
naik angkot lagi, apalagi ini rutenya agak jauh.
Wana wisata Cariu, Penangkaran rusa
Untuk masuk ke lokasi wisata ini, dikenakan tari Rp10.000/orang. Gerbang
masuknya unik sekali karena langsung dihadapkan dengan jembatan gantung kayu
yang berkapasitas 10 orang. Kami memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu.
Saran! Jika anda ingin memesan makan disini, lebih baik anda sebutkan makanan
yang anda inginkan, karena penjual disini tidak menyediakan daftar menu yang
disediakan.
Papan Selamat Datang Wana Wisata Penangkaran Rusa
Puas sarapan mie rebus, kami mulai
meniti jembatan gantung kayu itu. Jembatannya sendiri cukup membuat jantung
deg-degan karena bunyi reot yang terdengar ditambah alas jembatan yang
seolah-olah rapuh. Dikiri kana jembatan terpampang panorama sungai dengan
baru-batu yang berserakan. Yaa mirip-mirip dengan sungai yang ada di KRB lah.
Dari jembatan ini menuju lokasi penangkaran rusa, menurut informasi yang kami
peroleh di Youtube, jaraknya sekitar 200m.
Jembatan kayu yang berkapasitas 10 orang
Suasana masih cukup sepi, makanya
kami melakukan kegiatan hunting foto dulu di sungai ini. Foto diatas jembatan,
dibawah jembatan dan dimana pun yang menurut kami itu cukup eye catching. Jalan
menuju penangkaran rusa pun tak kalah menarik, jalanannya mendaki sehingga
cukup mengeluakan keringat dibadan ini. Yang unik adalah, banyak sekali tanamn
simbang darah yang ditanam di hutan ini. Entah tujuan apa, yang jelas ini
menambah warna pada hutan ini. Kami sempat menemukan area cukup luas yang
ditumbuhin simbang darah, sehingga menjadi lokasi foto-foto kami berikutnya.
Pemandangan menuju penangkaran rusa
Tak lama kamipun tiba di penangkaran
rusa! Yeey.. tampak beberapa keluarga yang sedang memberi makan rusa-rusa.
Terlihat hanya 2 rusa yang ada, padahal kalo diliat dari foto-foto di internet,
seharusnya da 70 ekor kawanan rusa disini. Ternyata sebagian rusa rusa tersebut
telah dibawa ke daerah daerah lain, sehingga tersisa hanya ada 8 ekor rusa yang
ada di penangkaran ini.
Selfie sama rusa jinak
Rusa-rusa disini cukup jinak dengan pengunjung, tetapi pengunjung harus hati hati dengan tanduk rusa yang tajam. Untuk memberi makan rusa, kita harus membeli pakan rusa yang disediakan oleh pengelola. Satu ember kecil kayu kering harganya Rp.10.000. Ternyata rusa makan kayu kering ya, bukan rumput. Diantara kami berlima, Ninis yang paling berani memberi makan rusa. Keliatan gampang dan mudah emang, tapi kalo kita lakuin sendiri ada rasa takut gimanaa gitu,, apalagi ketika rusa menghampiri kita untuk makan, entah kenapa, menurut aku itu serem. Hehehehe.
Ngasih makan rusa
Aktivitas dengan rusa rusa ini menjadi momen terbaik untuk diabadikan, jadi jangan lupa berfoto-foto dengan sopan dan baik ya. Selain rusa-rusa yang menjadi objek wisatanya. Pemandangan disini juga menarik, terdapat padang rumput yang cukup luas yang dikelilingi oleh hutan pinus. Apik.
Jangan lupa berfoto di padang rumputnya yaa.
Curug Cipendeuy
Perjalanan kami lanjutkan dengan
menuju curug cipendeuy. Lokasinya masih satu daerah dengan penangkaran rusa
ini. Awalnya curug ini tidak ada dalam list perjalanan kami, tetapi karena
sudah sampai sini, kami pun menyusuri jalan setapak menuju curug Cipendeuy.
Menuju Curug ini cukup membuatku dan semuanya was-was, karena semakin dalam kami masuk hutan, semakin sepi jalanan, dan
jalan setapak juga semakin tak terawat. Ditambah lagi waktu perjalanan tadi
kami menemukan potongan daging hati sapi yang digantung di tiang pohon,
jangan-jangan ini untuk umpan harimau atau semacamnya. Sempat terpikir oleh
kami untuk kembali saja lagi, tapi jiwa penasaran masih menghantui kami.
Setelah istirahat sejenak disebuah gubuk tua, kami melanjutkan perjalanan dan
berhenti di sebuah sungai kecil yang membelah gunung ini. Disini kami kembali
berdebat, apakah melanjutkan perjalanan ini atau tidak karena yang didepan kami
itu jalanan mendaki, kami sudah cukup lelah untuk kembali mendaki.
Kami memutuskan untuk tetap berjalan
hingga puncak jalan mendaki ini, jika tidak ada tanda-tanda dari keberadaan si
curug ini, kami sepakat untuk kembali. Tiba dipuncak, kami tidak melihat ada
tanda-tanda keberadaan si curug. Tetapi ajaibnya, di belakang kami ternyata ada
dua orang pemburu yang dalam perjalan untuk memburu. Kami bertanya, apakah
curugnya masih jauh atau sudah dekat. Pemburu pertama bilang masih jauh,
pemburu kedua bilang tidak tau tetapi menyemangati kami untuk terus lanjut
karena sudah nanggung. Untungnya mereka bersedia menemani kami.
Ternyata, lokasi curugnya sudah
sangat dekat dari titik terakhir pemberhentian kami, si pemburu pertama bilang,
“itu dia curugnya..”. Kami pun semangat terus berjalan. Ternyata curug yang
dimaksud tidaklah seindah bayangan kami. Kehidupan terkadang emang pahit ya.
Curugnya tinggi, tapi volume airnya kecil sekali, seperti air yang mengalir di
keran mampet. Walaupun kecewa, tapi tetap harus berbaik sangka. Untuk menghibur
kekecewaan kami sibuk mencari kebaikan dari tempat ini. Dan ada-ada saja ide
yang kami temukan dan itu semua lucu. Curug Cipendeuy saat kami datangi
tidaklah instagram-able banget,
mungkin karena kemarau kali ya.. tapi yasudah udah sampai sini, udah jauh-jauh,
mari kita berfoto-foto. Cekrek!
Foto dulu di Curug
Taman Quilling- Heaven Memorial Park.
Taman Quilling ini merupakan taman
salah satu taman pemakaman mewah yang ada di Jonggol. Bagaimana tidak mewah harga satu kavling
tanah disini, menurut informasi dari
internet berkisar antara Rp.92-100 jt. Woow. Taman pemakaman ini diklaim
memiliki pemandangan seperti di daerah Quilling, Cina dengan hamparan gunung.
Mungkin dari sinilah kenapa nama Quilling didapat. Jika dilihat dari
penjelasannya ingin seperti mirip yang di Cina, menurutku sih emang sudah mirip
karena pemandangan hamparan gunung di daerah Cariu ini emang mirip seperti
lukisan pemandangan Cina.
pemandangan hamparan gunung di Taman Quilling
Untuk menuju kemari, kita bisa
menggunakan ojek dari titik terakhir angkot yang menuju Cariu, dari pertigaan
pangkot, lurus saja ikuti jalan mendakinya, nanti bakalan ketemu deh dengan
gerbang utamanya. Kami sendiri pergi kesini diantar supir angkot yang membawa
kami tadi, jadi kami bisa melihat-melihat keadaan taman disini yang rata-rata
merupakan pemakaman orang Tiongkok. Kuburan yang ada disini tertata rapi, ada yang dijejerkan dilereng,
menghadap pegunungan, apik sekali, sehingga kesan angker yang selama ini
melekat pada kuburan tidak akan kita temui disini.
Pemandanganya bagus kaan...
Supir angkot membawa kami ke daerah puncak dari pemakaman ini, sebenarnya bukan puncak-puncak banget sih, tapi karena kami juga tidak tau mau berenti dimana, jadinya kami turun-turun saja. Pemakaman disini luas sekali lo, belum lagi jalanannya yang naik turun. Tapi yang menjadi spot utamanya ya itu pemandangan hamparan gunung yang kayak di Cina itu. Kereen..
Sepertinya kami cukup beruntung,
karena menemukan satu lapangan luas dekat kuburan orang yang menghadap langsung
ke hamparan gunung. Sebelum melakukan photo hunting, sebagai manusia yang
berbudaya dan beretika, kami memanjatkan doa dan permisi kepada seluruh makhluk
yang ada di taman ini. “Permisi mbah, kek, nek.. numpang foto-foto pemandangan
yaa.. gak ganggu kok..”
Bagaimana? tertarik untuk membeli kavling disini?
Perlu diingat ya, karena ini
pemakaman, jadi harus jaga sikap selama berada disini, jangan nyampah apalagi
sampai merusak properti yang ada disini seperti tempat pembakaran dupa, patung-patung
dan guci, jangan dirusak, kalo perlupun jangan disentuh.
Taman pemakaman Qulling menjadi
objek wisata kami terakhir dala short trip kali ini. Kami pun kembali ke Bogor
dengan rute sebaliknya dari perjalanan kemari. Senang rasanya bisa melakukan perjalanan
kembali bersama teman-teman. Semoga kita bisa melakukan perjalanan lain di lain
waktu ya.. terima kasih atas perjalanan ini Jaka, Ninis, Sammy dan Izi. Sampai
Jumpa.. J
Comments
Post a Comment