Melihat Pesona Batu di Situ Pandang hingga merasakan Golden Sunrise di Curug Cikondag
Hasrat
ingin berlibur dalam waktu sempit terkadang mampu membut kita mendobrak
keterbatasan waktu. Sadar jika hanya punya waktu seharian penuh untuk
jalan-jalan membuat penulis dan beberapa teman memikirkan dan menentukan
destinasi yang mungkin akan dikunjungi dalam waktu satu hari. Sukabumi dan
Cianjur menjadi dua kota yang diperbincangkan. Mengingat kedekatan dua kota ini
dengan kota domisili penulis, Bogor. Daerah Cianjur menjadi daerah pilihan kami
untuk menuntaskan hasrat ini.
Berkat rahmat Tuhan yang Kuasa, akhirnya rombongan dibagi menjadi dua tim, 3 orang berangkat naik kereta api dan 4 orang berangkat naik mobil sewaan via jalur puncak. Kebetulan penulis termasuk dalam rombongan yang menggunakan jalur kereta api. Berangkat dari stasiun Bogor penulis melesat menuju stasiun Lampegan, Cianjur. Suasana kereta bersih dan cukup ramai, rupanya banyak juga warga yang menggunakan jasa kereta api, kebanyakan tujuan mereka adalah Sukabumi.
a. suasana dalam kereta api saat penumpang turun
b. suasana stasiun Sukabumi
Setelah
4 jam duduk manis dan ngobrol sesama penumpang lain di kereta api, akhirnya
rombongan penulis tiba di stasiun Lampegan Cianjur. Kondisi Stasiun Lampegan
cukup terawat dan antik. Arsitektural gedung stasiun yang bergaya kolonial
tampak jelas pada pintu dan jendela stasiun. Sayang untuk toiletnya kurang
terawat. Tiba di stasiun kami langsung disambut oleh para tukang ojeg yang
sudah sigap menawarkan tumpangan untuk menuju Situ Padang. Cukup mengeluarkan
baiya Rp.25.000 anda siap diantar menuju Situ Padang. Harga tersebut cukup
masuk akal mengingat jauhnya jarak antara stasiun Lampegan dengan Situ Padang,
karena rombongan penulis masih harus menunggu rombongan yang menggunakan mobil,
maka untuk membunuh waktu kami pun lantas mengeksplor daerah sekitar stasiun Lampegan,
spot utama yang menarik di stasiun ini adalah terowongan Lampegan, konon
terowongan ini adalah terowongan kereta api pertama yang ada di Jawa Barat. Tak
lama rombongan yang naik mobil pun tiba dan mereka juga tidak mau ketinggalan
untuk mengabadikan diri juga di depan terowongan Lampegan.
Hari sudah semakin siang, kami pun bergegas menuju Situ Padang dengan mengendarai mobil. Jalanan menuju situ masih belum baik, sebagian ada yang sudah beraspal sebagian lagi masih berupa tanah. Jalur yang sempit dan berkelok-kelok juga harus menjadi perhatian pengemudi saat menuju Situ Padang. Selama perjalan menuju Situ Padang kita disuguhi pemandangan kebun teh dan juga panorama gunung (Salak atau Pangrango ya?) sehingga anda tidak akan merasa bosan selama perjalanan.
c. terowongan Lampegan
d. Stasiun Lampegan
e. Mulut terowongan
f. Rel kereta api
Hari sudah semakin siang, kami pun bergegas menuju Situ Padang dengan mengendarai mobil. Jalanan menuju situ masih belum baik, sebagian ada yang sudah beraspal sebagian lagi masih berupa tanah. Jalur yang sempit dan berkelok-kelok juga harus menjadi perhatian pengemudi saat menuju Situ Padang. Selama perjalan menuju Situ Padang kita disuguhi pemandangan kebun teh dan juga panorama gunung (Salak atau Pangrango ya?) sehingga anda tidak akan merasa bosan selama perjalanan.
g Gerbang utama Situ Padang
Lebih dari 30 menit melaju, rombongan mulai disambut dengan gerbang apik yang dibuat menyerupai batu, tetapi jangan terkecoh dengan banyakknya mobil yang parkir di dekat gerbang ini, parkir disini sepertinya diperuntukkan untuk bis-bis yang mengangkut wisatawan dalam jumlah banyak, karena jika anda memarkir mobil keluarga anda disini, anda harus berjalan mendaki lagi menuju pintu utama yang jaraknya lumayan jauh. Ingat, anda harus mendaki lagi untuk menuju lokasi bebatuan yang ada di Situ Padang, jadi pilihan terbaik adalah anda memarkir mobil anda di depan gerbang karcis. Itupun jika anda beruntung karena lahan parkirnya terbatas. Jika anda ingin menambah tenaga atau ingin istirahat sejenak, di depan pintu karcis sudah berdiri kios-kios makanan dan minuman serta cinderamata yang siap menampung anda.
Ada dua jalur yang bisa anda pilih untuk mendaki menuju lokasi, jalur curam dan jalur landai. Sebaiknya pilih jalur landai karena anda tidak akan terlalu capek mendaki dan masih bisa menikmati panorama sekitar. Setidaknya ada 709 ratus anak tangga yang harus anda daki jika menggunakan jalur landai. Sedangkan jumlah anak tangga yang curam berjumlah 378 buah.
h.Dua jalur menuju puncak
i.Kondisi tangga
Perjuangan anda tidak akan sia-sia setelah lelah mendaki begitu melihat pemandangan yang menakjubkan disini. Kombinasi hijau dan coklat hitam dari rumput dan batu memberikan efek tersendiri dalam bidikan kamera anda.
j. Pemandangan suasana di Situ Gunung
k. Pemandangan panorama ke arah luar
Dari bagian bawah ini juga kita dapat melihat ada dua buah pohon yang menjadi satu sehingga menarik untuk diabadikan dalam jepretan kamera anda. Kombinasi antara akar pohon dan batuan juga menarik untuk diabadikan. Jangan lupa untuk memotret aktivitas pengunjung, karena interpetasi pengunjung satu dengan pengunjung lain terhadap susunan batu berbeda-beda.
l. Salah satu aktivitas pengunjung
m.dua pohon yang menjadi satu
Puas
menikmati dan mengambil gambar di bagian bawah, kini saatnya anda ke atas.
Terdapat 2 jalur yang disediakan, dari sisi kiri ataupun kanan. Diatas
terhampar lapangan panjang yang diisi oleh batu-batu. Jika anda beruntung, anda
dapat menyaksikan aksi peneliti yang menggali batuan.
Di atas juga kita masih bisa melihat galian-galian yang dibuat oleh peneliti, galiang tersebut tidak dibiarkan terbuka tetapi dipasang pengaman sehingga tidak membahayakan pengunjung. Duduk di bawah pohon sambil bersandar pada batuan dan menikmati angin semilir yang berhempus merupakan kegiatan yang banyak dilakuan pengunjung. Jika anda haus, diatas gunung ini juga terdapat orang yang menjual cemilan dan es cingcau. Dagangan tersebut mereka pikul dari atas ke bawah. Betapa kuatnya mereka.
n. aktivitas peneliti
Di atas juga kita masih bisa melihat galian-galian yang dibuat oleh peneliti, galiang tersebut tidak dibiarkan terbuka tetapi dipasang pengaman sehingga tidak membahayakan pengunjung. Duduk di bawah pohon sambil bersandar pada batuan dan menikmati angin semilir yang berhempus merupakan kegiatan yang banyak dilakuan pengunjung. Jika anda haus, diatas gunung ini juga terdapat orang yang menjual cemilan dan es cingcau. Dagangan tersebut mereka pikul dari atas ke bawah. Betapa kuatnya mereka.
o.Pemandangan dari tingkat atas
p.dari atas juga cocok untuk pengambilan gambar panoramic
Setelah
puas menikmati batuan yang ada, kami akhirnya memutuskan untuk pergi mendatangi
Curung Cikondang yang lokasinya tak jauh dari sini. Setelah bertanya-tanya pada
penjual dan warga mobil melaju menuju curug, sangat disayangkan jalan menuju
curug sangat rusak, belum beraspal dan banyak yang bolong-bolong, tidak adanya
papan penunjuk jalan juga menjadi kendala utama. Jika tidak sering bertanya
pada warga sekitar, mungkin kami sudah nyasar. Kami juga mendapat pesan dari
warga sekitar untuk tidak terlamu lama di curug, pamali berada di curug pada
saat maghrib ataupun malam. Tentu kami tidak mau terjadi apa-pun terhadap kami,
sehingga waktu yang kami habiskan di curug hanya setengah jam. Waktu yang cukup
untuk sekedar memenuhi kebutuhan lensa.
q.pemandangan sekitar Curug CIkondang
Kami tiba di Curug pada pukul 16.30, waktu yang tepat untuk melihat warna jingga keemasan menyelimuti area persawahan yang ada di sekitar curug. Sungguh indah melihat warna jingga keemasan dan merdunya suara air yang mengalir. Momen seperti ini bisa anda manfaatkan untuk mengambil gambar bertema sunset.
r.Curug Cikondang tampak apik dengan tatanan vegetasi disekitarnya.
Hari
sudah menjelang malam, dan rombongan memutuskan untuk segera kembali ke Bogor.
Kita tidak perlu menggunakan rute yang sama saat pergi karena dari curug ini
juga ada jalan yang tembus menuju Cianjur, rajin-rajinlah bertanya karena tidak
ada papan penunjuk jalan yang memandu anda dari lokasi curug hingga jalan raya
provinsi Cianjur. Petualangan sehari inipun selesai, kami harus kembali ke
Bogor setelah mengisi perut dengan sate Maranggi.
text : Muhammad Agusman Lubis
Foto : Muhammad Agusman Lubis
text : Muhammad Agusman Lubis
Foto : Muhammad Agusman Lubis
Comments
Post a Comment